Quantcast
Channel: Kamera – InfoFotografi
Viewing all 436 articles
Browse latest View live

Rekomendasi kamera mirrorless 2015 bagian 2

$
0
0

Di tahun 2015 ini, kamera mirrorless perlahan-lahan mulai banyak diminati oleh penggemar fotografi yang merasa kamera DSLR terlalu besar dan berat untuk jalan-jalan. Banyak pilihan kamera mirrorless sering membuat pusing kepala. Di pos bagian pertama ini, saya akan mengulas singkat dan memberikan rekomendasi kamera yang menurut saya seimbang dari fitur, harga dan kinerjanya. Merk yang saya akan bahas disini adalah Samsung NX, Nikon 1, Leica T dan Canon EOS M.

Post ini adalah bagian yang kedua. Untuk membaca rekomendasi kamera mirrorless bagian pertama silahkan klik disini.

Harga yang tercantum dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kurs dan promosi.

Warna hitam : Ada pilihan yang lebih baik
Warna biru : Saya rekomendasikan untuk fotografer pemula
Warna hijau : Saya rekomendasikan untuk fotografer serius/mahir/pro
Warna merah : Saya rekomendasikan untuk fotografi spesifik/khusus

Daftar kamera Samsung NX, harga dan rekomendasi

Kamera Samsung pada dasarnya terbagi dalam beberapa kategori: pemula yang paling ringkas 4 digit seperti NX3000, menengah 3 digit seperti NX300, NX500, semi pro (2 digit) seperti NX30 dan profesional NX1.

samsung-nx1-telefoto

Samsung NX3000 – Harga Rp 6 juta dengan lensa 16-50mm – Kamera mirrorless pemula Samsung, dirancang supaya ukurannya sekecil mungkin dan harga yang terjangkau. Nonton pembahasan saya dan Erwin Mulyadi di Youtube.
Samsung NX300/M – Harga 7 juta dengan lensa 18-55mm – Layar LCD-nya touchscreen, saat manual fokus ada focus peaking, kinerja / kecepatan kamera lebih cepat. Layar LCD lebih detail, kinerja autofokus lebih cepat (hybrid phase detect di sensor), Merekam video 60p. Shutter speed lebih cepat 1/6000 detik. Kekurangannya baterainya bisa habis sendiri jika tidak dilepas dari kamera.
Samsung NX500 – Harga Rp 10 juta dengan lensa 16-50mm – Kualitas foto sedikit lebih tinggi dan tajam dari NX3000 dan NX300 berkat sensor BSI 28 MP. Bisa merekam video 4K secara langsung.
Samsung NX30 – Harga Rp 11 juta dengan lensa 18-55mm – Bedanya dari kamera diatas adalah NX30 punya jendela bidik elektronik, bentuknya lebih menyerupai kamera DSLR. Kecepatan buka tutup dan shutter lag lebih cepat. Punya flash internal.
Samsung NX1 – Harga Rp 20 juta body saja – Punya jendela bidik elektronik, desainnya seperti kamera DSLR mini. Bisa rekam video 4K seperti NX500. Kecepatan kamera sangat cepat, tahan air, debu, kelembababan, dirancang untuk profesional. Sedikit pembahasan tentang NX1 disini.

—–

Daftar kamera Nikon 1, harga dan rekomendasi

Sistem Nikon 1 mengunakan sensor 1 inci yang kurang lebih dua stop lebih kecil dari kamera DSLR APS-C. Ukuran sensor yang lebih kecil memiliki kerugian yaitu di kualitas gambar, tapi kelebihannya bisa lebih kecil ukuran kamera dan lensa-lensanya.

Salah satu kelebihan lain dari sistem Nikon 1 adalah sistem autofokus hybridnya yang sangat cepat dan kecepatan foto berturut-turutnya melampaui banyak kamera mirrorless pada umumnya. Beberapa kamera Nikon 1 yaitu:

nikon-aw1-freeze

Nikon S1 – Harga: Rp 4.5 juta double kit lens – Yang paling ringkas dan terjangkau. Kecepatan foto berturut-turut 15 foto per detik, resolusi foto 10 MP dengan Wifi.
Nikon J3 – Harga: Rp 3.9 juta – Kamera mirrorless yang simple dengan resolusi 14 MP
Nikon J5 – Harga: Rp 6.75 juta – Peningkatan dari J3 yaitu LCD bisa di-tilt 45 derajat, touchscreen,Wifi, bisa rekam video 4K (meskipun frameratenya terbatas ke 15fps), resolusi 20 MP.
Nikon V2 – Harga Rp 10 juta dengan dua lensa – 14 MP dan punya jendela bidik elektronik
Nikon V3 – Pengembangan dari V2, punya jendela bidik dan resolusi ditingkatkan ke 20 MP
Nikon AW1 – Harga: Rp 9.15 juta dengan zoom kit lens, 10.75 juta dengan zoom dan 10mm fix lens – Satu-satunya kamera mirrorless yang bisa underwater tanpa casing khusus sampai kedalaman 49 kaki. Juga tahan di suhu dingin sampai -14 derajat Celcius. Cocok dengan lensa AW (10mm AW dan 11-27.5mm f/3.5-5.6 AW). Specnya 14 MP, Wifi, kecepatan foto 15 foto per detik

Baca panduan lengkap Nikon 1.

Daftar kamera Canon EOS M, harga dan rekomendasi

Kamera mirrorless Canon sampai saat ini sudah generasi ke-tiga, namun belum terlalu populer dan masih sulit ditemukan di toko-toko karena jumlah lensa yang tersedia sangat terbatas (3 saja). Dengan mengunakan adapter, kita bisa memasang lensa Canon untuk DSLR, tapi jadinya timpang (berat di depan) dan autofokusnya pelan.

Generasi pertama dan kedua autofokusnya relatif lambat, dan bahkan setelah generasi ketiga pun, kinerja autofokusnya masih ketinggalan dari kamera mirrorless merk lain seperti dari Sony, Olympus, Panasonic dan bahkan dari Samsung.

Canon_EOS_M3-white

Canon EOS M 3 – Peningkatan dari generasi sebelumnya yaitu adanya WiFi, opsi untuk memasang jendela bidik elektronik external, control (dial dan tombol) lebih banyak, manual focus peaking, dan sensor gambar baru (APS-C) beresolusi 24 MP, layar bisa di tilt 45 derajat dan touchscreen.

—-

Daftar kamera Leica T, harga dan rekomendasi

Sistem Leica T adalah kamera mirrorless berbasis sensor APS-C buatan Leica yang menganut sistem desain modern minimalis. Tidak banyak tombol di kamera, tapi menu, fungsi kamera dikendalikan dengan layar LCD touchscreen yang cukup besar 3.7 inci.

leica-t

Leica T – Harga sekitar Rp 22 juta body only – Kamera dengan sensor APS-C sebesar 16 MP, built-in memory 16GB, layar LCD 3.7 inch, touchscreen. Kecepatan foto berturut-turut 5 foto berturut-turut. Pernah saya bahas di detikinet.com.

Lensa yang tersedia: 18-56mm, 55-135mm f/3.5-4.5, 23mm f/2, 11-23mm f/3.5-4.5. Rata-rata lensa Rp 20 jutaan per lensa.

Body bisa dipasang adaptor untuk memasang lensa Leica M-mount.

—–

Opini:

Dari pilihan-pilihan sistem kamera mirrorless diatas, terlihat bahwa yang paling lengkap untuk bersaing dengan sistem DSLR adalah penawaran dari Samsung NX. Kini sistem Samsung NX sering disejajarkan dengan merk mirrorless lainnya seperti Sony, dan Fujifilm. (Baca rekomendasi kamera mirrorless bagian 1).Sedangkan untuk Canon, Nikon dan Leica, sepertinya masih kurang lengkap dari line up kamera dan pilihan lensanya.

Beberapa kamera yang menarik bagi saya salah satunya adalah Nikon 1 AW1 yang bisa dimasukkan ke air sampai 49 kaki (1.5meter) dan tahan cuaca dingin sampai -14 C. Kamera yang juga menarik yaitu Samsung NX1 yang tingkatnya profesional dan dari spesifikasi diatas sebagian besar kamera DSLR. Untuk Leica T, sebenarnya konsep modern-minimalist-nya menarik, tapi sayangnya kamera dan lensa ini dijual dengan harga yang tinggi, sehingga hanya bisa dinikmati sebagian kecil kalangan saja.

—-

Baru beli kamera? Ikuti workshop kupas tuntas kamera & lensa 

Bingung memilih kamera, lensa yang pas? Buku Smart Guide ini akan membantu.


Perbedaan Fujifilm X-T1 dan Fujifilm X-T10

$
0
0

Fujifilm meluncurkan kamera baru Fujifilm X-T10 yang diposisikan dibawah Fujifilm X-T1. Dari spesifikasinya, saya melihat banyak kemiripan, antara lain bentuk desainnya seperti kamera DSLR jaman film, masih dengan sensor 16 MP X-Trans sensor, autofocus hybrid (Phase & Contrast detect).

fuji-xt1-fuji-xt10

Selanjutnya saya akan mengulas secara singkat kelebihan kelemahan kedua kamera. Kelebihan Fujifilm X-T10 adalah lebih kecil ukurannya, sedikit lebih ringan (440 gram vs 381 gram), dan jauh lebih murah ($1150 vs $800). X-T10 memiliki built-in flash yang cukup praktis untuk kondisi yang sangat gelap atau backlight.

fuji-xt1-fuji-xt10-back

Kelebihan Fujifilm X-T1 adalah punya buffer (penampungan data sementara) yang jauh lebih lapang. Dengan X-T1, kita bisa memotret berturut-turut sampai maksimum 47 foto JPG sebelum memory penuh, sedangkan X-T10 maksimumnya hanya 8 foto saja. Bagi yang sering traveling ke tempat yang cuacanya ekstrim, Fujifilm X-T1 bisa tahan sampai -10 Celcius, sedangkan X-T10 hanya sampai 0 Celcius. Yang juga cukup signifikan adalah ukuran jendela bidik X-T1 yang lebih besar (magnifikasi 0.77 vs 0.62). Dari fisiknya, Fujifilm X-T1 terlihat lebih kokoh dengan pegangan yang sedikit lebih dalam, dan juga tersedia roda diatas kamera untuk mengganti ISO. Lensa yang dipaketkan dengan X-T1 juga lebih menarik dan berkualitas (18-55mm f/2.8-4, dan 18-135mm f/3.5-5.6, dibandingkan dengan 16-50mm f/3.5-5.6).

fuji-xt1-fuji-xt10-top

Kualitas kamera Fujifilm X-T1 memang lebih baik, terutama kalau Anda suka motret subjek bergerak/berturut-turut dan traveling ke tempat yang cuacanya ekstrim. Tapi semuanya tergantung budget. Karena spesifikasi terpenting yaitu kualitas gambar dan kinerja autofokusnya mirip, maka X-T10 merupakan pilihan yang “value” karena selisih harganya cukup besar yaitu $350 (Rp 4.6 juta).

—-

Baru beli kamera? Ikuti workshop kupas tuntas kamera & lensa 

Bingung memilih kamera, lensa yang pas? Buku Smart Guide ini akan membantu.

Keberagaman kamera saat tour fotografi

$
0
0

Saat tour ke Kamboja 1-5 Juni 2015 yang lalu, saya mendapati peserta-peserta mengunakan kamera-kamera yang sangat bervariasi. Dari total 17 peserta, ada yang mengunakan kamera DSLR, ada yang mirrorless dan ada juga yang compact. Untuk merk kameranya juga sangat beragam, dari Canon, Nikon, Sony, Panasonic, Olympus, Samsung, Sigma, Ricoh dan Leica juga ada.

Suasana tour Kamboja. Coba teliti apa saja kamera yang digunakan peserta tour kali ini.

Salah satu adegan seru di tour foto Kamboja. Coba teliti apa saja kamera yang digunakan peserta tour kali ini.

Keragaman kamera dan lensa ini ada sisi positifnya, karena praktis semua peserta adalah minoritas. Beberapa tahun yang lalu, sebagian besar peserta mengunakan kamera DSLR merk Canon dan Nikon, dan jika ada peserta yang mengunakan kamera merk lain, maka peserta tersebut  menjadi minoritas dan biasanya dikucilkan atau parahnya di “bully” oleh yang kelompok yang mayoritas.

Tidak sedikit juga peserta yang mengunakan dua sistem kamera, misalnya yang mengunakan kamera DSLR Canon, ternyata juga membawa kamera mirrorless Fujifilm. Yang membawa kamera DSLR Nikon, juga membawa kamera mirrorless Sony atau Ricoh, yang membawa kamera Sony, ternyata juga bawa kamera Samsung Galaxy, dan yang membawa kamera Olympus, juga membawa kamera compact Leica he he he..

Di lihat dari sudut pandang pembimbing, kondisi ini cukup menantang, karena ada beberapa jenis kamera yang saya tidak fasih pengaturan dan menu-nya. Tapi saya senang karena dapat mencoba kamera yang asing bagi saya dan melihat gaya fotografer yang berbeda-beda.

—-

Untuk belajar fotografi atau ingin mengikut tour fotografi, silahkan periksa jadwal kursus dan tour Infofotografi.com atau hubungi kami di 0858 1318 3069 / infofotografi@gmail.com

Sony A7R II Kamera mirrorless paling sempurna ?

$
0
0

Sony A7R mrk II mungkin adalah kamera digital berjenis mirrorless yang paling sempurna saat ini, bahkan unggul  di berbagai lini dibandingkan kamera DSLR kelas atas yang ditawarkan Canon dan Nikon.

Kamera ini bersensor full frame (35 format / 36 x 24 mm), setara dengan kamera profesional seperti Canon 5D, Nikon D810 dan seterusnya. Dibandingkan dengan kamera seri Sony A7 sebelumnya, A7R mk II memberikan solusi yang hampir sempurna, memuaskan hampir semua fotografer dan bahkan videografer. Kamera canggih ini akan tersedia di bulan Agustus 2015.

sony-a7r-mk2-01

Mari kita bahas fitur baru dari kamera ini:

42 MP sensor (7952 x 5304 pixel) – BSI CMOS Sensor

Sony memang terkenal jagoan dalam membuat sensor gambar kamera, 40% sensor kamera digital yang ada di pasar saat ini dibuat oleh Sony (termasuk sebagian besar Kamera DSLR Nikon). Sensor yang digunakan oleh kamera Sony A7R mk II adalah yang terbaru, dengan resolusi yang relatif tinggi (42 MP) dan teknologi BSI (Back-side Illuminated sensor). Teknologi ini memungkinkan noise yang lebih rendah meskipun resolusi foto bertambah.

bsi-sony

ISO 50-102400

Karena teknologi BSI, Sony cukup pede menawarkan rentang ISO yang cukup luas.

IBIS 5 Axis

Built-in stabilization di dalam kamera menstabilkan gerakan kamera dan lensa. Fitur ini pertama kali dikenalkan di kamera Sony A7 mk II.

Silent Shutter, Electronic first curtain

Sony A7R sering dikritik karena mekanik shutter yang cukup keras dan shutter lag. Di A7R mk II ini, memungkinkan electronic first curtain dan bahkan silent shutter (fitur yang dikenalkan di A7S). Untuk mekanisme shutternya juga sudah ada peredam getar yang lebih baik.

399 phase detection AF, 45% coverage

Autofokus A7R mk II secepat kamera DSLR karena dilengkapi 339 titik autofokus yang mencakupi 45% dari layar. Penyebaran titik autofokus ini adalah yang terlebar dibandingkan dengan kamera DSLR full frame yang ada saat ini. Teknologi ini juga memungkinkan autofokus untuk lensa pihak ketiga (misalnya lensa Canon), dengan mengunakan adaptor khusus, misalnya dari Metabones.

sony-a7r-mk2-autofocus

Viewfinder XGA OLED dengan 0.78 perbesaran, 2.3 juta titik

Jendela bidik elektronik ini merupakan yang terlebar saat ini untuk kamera full frame.

4K recording

Videografer yang mobile akan senang karena kamera ini juga dapat merekam video 4K langsung ke kartu memory (kartunya mesti yang sangat cepat). Saat merekam video 4K, sebagian bidang frame akan tercrop (hanya diambil bagian tengah saja).

4k-sony

Fitur lainnya:

  • Ketahanan mekanisme shutter teruji : 500.000 kali jepret.
  • Resolusi LCD 1.2 juta titik
  • Rentang shutter speed 30 detik – 1/8000 detik
  • Flash sync speed : 1/250 detik
  • Foto berturut-turut : 5 foto per detik
  • Wifi dengan NFC
  • Kapasitas baterai: 290 foto
  • Berat: 625 gram (dengan baterai).
  • 14 bit RAW support

Pendapat saya:

Dari namanya, Sony A7R mk II seperti pembaharuan dari Sony A7R, tapi sepertinya bukan hanya itu saja, A7R juga memiliki sebagian besar teknologi yang dimiliki A7 mk II (stabilization), dan A7S (silent shutter dan kemampuan merekam video 4K). Bagi saya, A7R mk II seperti gabungan dari semua kelebihan dari kamera A7 ditambah dengan peningkatan penting lainnya seperti sensor 42 MP, jendela bidik yang lebih besar, kinerja autofokus, dan video. Mungkin lebih tepat kalau namanya adalah Sony A9 :)a

Untuk semua teknologi yang membuat saya “ngiler” ini, harga yang mesti dibayarkan adalah US$3200 (diperkirakan sekitar Rp 42 juta). Mahal tidak? Kalau tinggi memang iya, karena Sony A7 di awal bulan Juni dijual dengan harga normal Rp 15 juta saja. Tapi jika dibandingkan dengan kamera DSLR full frame lainnya, Sony A7 mk II terletak ditengah-tengah Nikon D810 (Rp 35 juta), Canon 5DS R (Rp 50 juta).

Dibandingkan dengan Canon 5DS R, untuk fotografi pemandangan atau travel, menurut saya A7R mk II ini lebih bagus di banyak lini, misalnya kinerja sensor yang biasanya lebih baik dari sisi dynamic range dan ISO, harganya lebih murah dan bobotnya lebih ringan dan ringkas. A7R mk II juga lebih unggul di video, dan punya built-in stabilization.  Jika memiliki lensa Canon, juga bisa dipasangkan dengan adapter dan masih bisa autofokus dengan cukup cepat (dengan phase detection). Kelemahan Sony A7R mk II ini dibanding Canon 5DS R terletak di kapasitas baterai, weather sealing dan koleksi lensa dan aksesoris (sistem flash).

Dibandingkan dengan kamera Nikon D810 yang lebih terjangkau, A7R mk II punya keunggulan di resolusi (42 MP), ukuran, bobot, dan video, dan built-in stabilization. Sama dengan perbandingan dengan kamera Canon, Nikon D810 unggul di kapasitas baterai,  koleksi lensa dan aksesoris.

Untuk mengoptimalkan hasil kamera beresolusi tinggi ini, tentunya lensa yang dipasang juga harus yang berkualitas tinggi. Beberapa lensa yang saat ini ideal untuk dipasangkan yaitu Sony FE 55mm f/1.8, Sony FE 35mm f/1.4, Sony FE 90mm f/2.8 Macro, dan beberapa lensa merk Zeiss seperti Zeiss Batis 25mm f/2, 85mm f/1.8 dan Zeiss Otus (dengan adaptor). Untuk lensa Canon (dengan adaptor), yang oke 24-70mm f/2.8 II dan 70-200mm f/2.8 II. Selain itu, komputer/laptop mungkin mesti di-upgrade lagi untuk memproses file 42 MP yang pastinya cukup besar.

Contoh gambar hasil Sony A7R mk II bisa dilihat di flickr.

—-

Bingung ingin beli kamera atau lensa yang seperti apa? Buku “Smart Guide for Camera and lenses” akan membantu Anda.

Review singkat: Nikon J1 dengan lensa 10-30mm dan 30-110mm

$
0
0

Saat tour foto ke Sawarna, 13 & 14 Juni yang lalu, saya sempat menguji kamera Nikon J1 dengan lensa kit 10-30mm dan 30-110mm. Kamera ini dititipkan oleh teman yang sedang membutuhkan dana. Kamera ini adalah kamera yang simple dengan sensor 1 inci, 10 MP. Kualitas gambar yang dihasilkan lebih baik dari sebagian besar kamera compact dan prosumer, tapi tidak setara dengan kamera mirrorless dan DSLR yang sensornya lebih besar (micro four thirds, APS-C, full frame).

Nikon J1, 10-30mm, 30-110mm

Kedua lensa yang saya uji relatif tajam, terutama lensa telefotonya 30-110mm. Autofokusnya cepat karena sistemnya sudah hybrid (perpaduan contrast detect dengan phase detect) dan kecepatan foto berturut-turutnya juga cukup cepat (5 foto per detik). Kualitas gambar masih oke saat mengunakan ISO 400, tapi saat ISO 800 atau lebih tinggi, noise mulai kelihatan jelas. ISO 3200 bisa digunakan di kondisi kepepet, misalnya saat cahaya lingkungan sangat gelap.

Secara fisik, Nikon J1 cukup kokoh dan casingnya sepertinya dari bahan logam, sedangkan casing lensa sebagian besar dari plastik tapi bagian mount-nya dari logam. Kedua lensa menerapkan desain retractable design. Desain ini memungkinkan lensanya menjadi lebih pendek saat disimpan. Saat ingin digunakan, kita harus memanjangkan lensa terlebih dahulu dengan menekan dan menahan tombol di lensa, dan memutarnya. Menurut saya, desain ini cukup bagus, karena lebih hemat tempat saat disimpan di tas.

Yang gak begitu saya suka adalah desain untuk menghidupkan dan mematikan lensanya agak masuk kedalam, dan ukurannya agak kecil, sehingga kadang-kadang saya jari saya meleset saat ingin menghidupkan/mematikan kamera. Juga belum ada tidak ada dial/roda untuk mengganti mode exposure (Manual, Aperture priority, dll), sehingga harus masuk ke menu untuk menggantinya.


nikon-j1-detail

Kamera semacam ini cocok untuk foto travel extra light, karena kamera, lensa kit zoom dan telefotonya total beratnya dibawah 600 gram. Untuk street photography juga cocok, karena ukurannya kecil sehingga tidak mencolok, dan kecepatan autofokus dan foto berturut-turutnya lebih bagus. Secara keseluruhan, saya cukup senang mengunakan kamera ini, simple, ringkas, dan cepat

sawarna-sunset-ombak

nikon-j1-10-30mm

DSC_2772

Kelebihan

  • Kamera ringan dan ringkas
  • Lensa-lensanya ringkas tapi tajam
  • Autofokus cepat
  • Kecepatan foto berturut-turut cepat

Kekurangan

  • Tombol On-Off agak kecil dan masuk ke dalam (recessed)
  • Resolusi foto 10 MP
  • Mengganti mode exposure harus di dalam menu
  • Tidak ada jendela bidik dan hotshoe untuk aksesoris

Spesifikasi Nikon J1

  • 10 MP dengan sensor 1 inci
  • Kecepatan foto berturut-turut : 5 foto per detik atau 10, 30, 60 foto per detik dengan electronic shutter
  • Video Full HD 60i
  • Hybrid autofocus: 135 autofocus area, 41 auto AF area
  • ISO 100-6400
  • Shutter speed: 30 detik – 1/16000 detik
  • Berat kamera: 234 gram
  • Monitor LCD 3 inci / 460 juta titik
  • Kapasitas baterai : 230 foto
  • Pop up flash, GN 5

—–

Kamera Nikon J1 warna hitam dengan lensa 10-30mm dan 30-110mm ini saya jual dengan harga Rp 3.000.000 saja
Kelengkapan: kamera, lensa, strap, protector LCD, tas kamera Lowepro.

Kondisi: Kamera dan lensa ini relatif jarang digunakan, di bawah 3000 kali jepret

Bagi yang berminat silahkan hubungi infofotografi@gmail.com atau 0858 1318 3069

Pengalaman dengan Kamera Sony A6000 + Lensa 16-70mm f/4 OSS

$
0
0

Tur ke Kamboja kemarin (1-5 Juni 2015), saya berusaha untuk ringkas bawaannya, kali ini saya membawa Sony A6000 dengan lensa 16-70. Khawatir dengan kurang telenya di jarak fokus 70mm, saya pun dibekali satu lensa fix nikon 135mm dengan adapter ke Sony. Sampai selesai tur, lensa 135mm tersebut hanya nangkring di tas tanpa pernah terpakai sama sekali. Hihi… kayaknya bener bener tipe orang yang malas ganti-ganti lensa.

sony-a6000-16-70mmKarena bobot kamera dan lensa yang cukup kecil, saya pun hanya memasukkannya ke dalam kantong padding kecil dan kemudian membawa backpack biasa (bukan backpack khusus kamera). Lumayanlah, saya masih bisa mengisi payung, topi, obat-obatan dimana sebelumnya saya hanya bisa memuatnya ke dalam kantong lainnya lagi jika membawa DSLR beserta lensa-lensanya.

Awalnya, saya sudah ragu-ragu dengan hanya membawa kamera mirrorless kecil. Ragu akan menyesal karena sudah berpergian jauh namun mendapat foto yang kurang memuaskan. Ragu karena sebelumnya saya pernah menggunakan kamera Sony namun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Namun setelah diyakinkan oleh Enche bahwa A6000 dan lensa Sony Zeiss 16-70 f/4 OSS merupakan pasangan yang ideal dan akan menghasilkan kualitas yang bagus, maka saya pun mengikuti sarannya.

Foto saya tidak begitu banyak, 1 hari cukup 1 baterai. Sedangkan jika kita antusias foto, maka sebaiknya menyediakan minimal 1 baterai cadangan lagi.

Sewaktu review di kamera, saya cukup puas dengan hasilnya. Akan tetapi saya masih ada sedikit rasa khawatir, karena foto saya ambil dengan format RAW sedangkan tampilan di layar LCD adalah format JPEGnya foto. Dari pengalaman sebelumnya, foto yang tampak di layar LCD biasanya sangat berbeda setelah diimpor ke komputer (dengan format RAW).

Sepulang ke tanah air, saya pun langsung mengimpor semua foto-foto saya ke dalam Lightroom. Setelah diteliti, saya cukup puas dengan kinerja kamera dan lensanya. Hehe… lega rasanya setelah melihat hasil-hasilnya.

Karakter foto dengan kamera Sony biasanya menonjol di warna birunya. Jadi ketika kita foto langit biru, tanpa diedit pun, warna birunya sudah terasa.

Bayon Temple di 16mm ISO 100

Bayon Temple di 16mm ISO 100

Foto sunrise di Angkor Wat ini kurang tajam, berhubung karena kesalahan saya waktu menempatkan tripodnya, kaki tripod tidak terkunci dengan erat. Sadarnya setelah sunrise sudah berakhir. Hiks… akibat kurang disiplin.

Sunrise di Angkor Wat di  16mm ISO 100

Sunrise di Angkor Wat di 16mm ISO 100

Saya yang biasanya tidak menyukai HI ataupun foto penduduk lokal, namun berbekal kamera mungil ini, saya memberanikan diri untuk foto penduduk lokal di Kamboja. Mungkin juga karena nyaman dengan kamera yang kecil dan keramahan dari penduduk lokalnya, saya bisa dengan santai mengambil beberapa foto penduduk. Suatu hal yang jarang saya lakukan sebelumnya.

Atas 46mm ISO 320 Bawah 70mm ISO 200

Atas 46mm ISO 320 Bawah 70mm ISO 200

HI kids - 39 mm dan 70mm

Kanan 39mm dan Kiri 70mm

Ternyata, hanya berani foto anak-anak, hahaha…

Foto di ISO tingginya juga lumayan. Noise yang muncul masih bisa ditangani oleh Noise Reductionnya LR.

16mm ISO 3200 setelah noise reduction

16mm ISO 3200 setelah noise reduction

Beberapa foto favorit saya di tur ini:

17mm iso 1000

17mm ISO 1000

35mm ISO 100, convert BW kecuali kain kuning

35mm ISO 100, konversi ke BW kecuali kain kuning

70mm ISO 200 konversi ke BW

70mm ISO 200 konversi ke BW

Foto Siluet di 70mm ISO 100

Foto Siluet di 70mm ISO 100

Kalau diteliti lebih lanjut lagi, foto-foto saya mendominasi di jarak fokus 16mm ataupun di 70mm, namun favorit saya lebih banyak di 70mm. Sepertinya lensa tele memang cocok untuk saya. :)

Akhir kata, A6000 + Lensa 16-70 lulus dengan nilai memuaskan sesuai versiku. Hahaha… Tur selanjutnya mau diajak lagi ga ya? Hmm…

Kamera canggih dengan lensa fix 28mm : Leica Q vs Ricoh GR II

$
0
0

Dalam bulan Juni 2015 ini, saya mencatat ada dua kamera canggih dengan lensa fix (tidak bisa diganti dan tidak bisa zoom) 28mm. Yang pertama adalah kamera Leica Q, yang konsepnya seperti kamera rangefinder Leica M yang terkenal, tapi diperbaharui dengan berbagai teknologi terbaru. Lalu ada juga Ricoh GR II, yang filosofinya membuat kamera compact tapi dengan kualitas gambar yang terbaik dan praktis.leica-q

Mari kita kupas satu-satu. Leica Q adalah kamera dengan sensor full frame 24 MP dan lensa Leica 28mm f/1.7. Leica Q ini seperti perpaduan old and new. Sekilas dari fisiknya, terlihat seperti kamera rangefinder kuno, tapi setelah ditelisik lebih jauh, ada beberapa hal modern yang ditambahkan Leica, misalnya Jendela bidik optik rangefinder kini sudah digantikan dengan jendela bidik elektronik. Kelebihan lainnya yaitu lensanya bisa autofokus dan menurut review kinerjanya cukup cepat.

Meskipun sudah diperbaharui dengan teknologi canggih, Leica Q masih mempertahankan nilai-nilai lama yang membuat pengguna Leica setia, yaitu adanya aperture ring di lensa untuk mengubah bukaan, dan shutter dial di atas kamera. Lensa kamera ini juga memiliki marking (tanda) jarak fokus dan hyperfocal sehingga memudahkan fotografer untuk manual fokus. Dengan sensor full frame dan lensa berkualitas, ukuran kamera tentunya jadi cukup besar dan berat (640 gram) meski masih lebih ringkas dari kamera DSLR full frame dengan lensa 28mm. Harga yang tinggi yaitu $4250 (Rp 56 juta) juga akan membatasi pengguna kamera ini.

Di lain pihak, Ricoh juga memperbaharui kamera digital compactnya yang sudah masuk generasi ke-6. Ricoh secara rutin memperbaharui kamera seri GR ini setiap dua tahun sekali. Kamera Ricoh GR II memiliki sensor APS-C 16 MP, dengan lensa 28mm f/2.8. Filosofi Ricoh GR adalah membuat kamera digital compact yang bisa dikantongin dengan teknologi yang canggih.

ricoh-gr-II

Kelebihan Ricoh GR II dibandingkan dengan pendahulunya adalah Wifi yang bukan hanya untuk transfer/sharing file foto, tapi juga bisa untuk mengendalikan kamera secara penuh dari berbagai jenis smartphone, tablet atau komputer dengan berbagai jenis sistem operasi. Yang bisa dikendalikan bukan hanya fitur basic, tapi hampir semua menu kamera (Demonya bisa dilihat disini). Selain itu, ada peningkatan kinerja autofokus (0.2 detik) berkat pembaharuan motor lensa dan algoritma fokus. Kecepatan buka tutup kamera juga lebih baik yaitu 1 detik.  Efisiensi kamera juga sedikit meningkat sehingga satu baterai bisa untuk memotret sekitar 320 foto. Harga kamera Ricoh GR II ini $800 (Rp 11 juta), dan beratnya 251 gram saja.

Disini kita melihat Leica Q dan Ricoh GR memang bukan kamera yang dibuat untuk bersaing satu sama lain, karena ada hal-hal mendasar yang berbeda, yaitu ukuran dan harga. Bagi fotografer perfeksionis dan tidak masalah dengan ukuran atau harga, Leica Q akan memberikan hasil yang terbaik, tapi bagi yang ingin kamera pocket yang praktis dengan kualitas yang setara dengan kamera DSLR bersensor APS-C, Ricoh GR II merupakan pilihan yang lebih baik. Sebelum membeli, pastikan Anda menyukai sudut pandang lensa lebar 28mm, yang kurang lebih seperti sebagian besar kamera ponsel.

—-

Periksa jadwal belajar fotografi dan acara Infofotografi di halaman ini.

Buku Smartguide: Panduan membeli kamera dan lensa masih tersedia.

 

Kesan saya terhadap sistem kamera Phase One XF

$
0
0

Pada hari Jum’at tanggal 19 Juni 2015 yang lalu, saya diundang untuk mengikuti acara launching sistem kamera medium format baru, yaitu Phase One XF di hotel Fairmont, Senayan, Jakarta.

Sekilas info, kamera medium format adalah kamera dengan sistem SLR tapi sensor gambarnya berukuran 2.5 kali lebih besar daripada sensor kamera DSLR full frame, oleh sebab itu, kamera ini bisa mengakomodir resolusi foto yang lebih tinggi (50, 60 dan 80 Megapixel).

image-sensor-sizeDalam acara launching sistem ini, bukan hanya body kamera baru yang diperkenalkan ke tamu yang kurang lebih berjumlah 50 orang, tapi juga Digital Back baru (IQ3), dua lensa baru (Schneider Kreuznach 35mm dan 120mm macro), dan software baru yaitu Capture One versi 8.3. Dibandingkan dengan sistem terdahulu, sistem Phase One ini lebih canggih, lebih modular, dan terintegrasi dengan softwarenya.

Ada beberapa peningkatan dari sistem terdahulu yaitu:

1. Desain dan antarmuka

Desain body kamera Phase One XF ini jauh berbeda dengan yang seri kamera sebelumnya. XF ini bentuknya lebih angular (kotak) dengan LCD bagian atas yang beresolusi tinggi dan berwarna. Warna disini berperan untuk membedakan antara nilai yang otomatis dan nilai yang diset manual. Layar LCD di bagian atas kamera juga bisa disentuh.

Selain itu, kendali bisa dilakukan juga dengan tiga dial dan beberapa tombol semuanya bisa dikustomisasi sesuai kebiasaan fotografernya. Dari tiga dial tersebut, kita bisa mengubah ISO, shutter speed dan aperture lensa.

Desain Pegangan/grip nya saya rasakan cukup nyaman untuk dipegang karena cukup dalam dan peletakkannya di bagian tengah sistem sehingga terasa seimbang meskipun berat total sistem ini lumayan juga yaitu sekitar 2-4 kg (total berat tergantung lensa yang terpasang).

phase-one-xf-35mm

2. Desain Modular

Desain sistem kamera medium format dari dulu memang sudah bersifat modular. Artinya ada tiga bagian yang bisa ditukar sesuai kebutuhan yaitu

  • Digital Back yang terdiri dari layar LCD, dan image sensor (yang menentukan resolusi gambar),
  • Body kamera yang berisi mirror box/cermin, pegangan, tombol, shutter, layar LCD bagian atas.
  • Lensa (Tersedia dua jenis lensa: leaf dan focal plane shutter)

Di sistem Kamera XF ini, jendela bidiknya juga bisa diganti. Ada dua jenis viewfinder yang tersedia, yaitu viewfinder prisma 90 derajat, dan waist level finder seperti kamera medium format film.

phase-one-waist-level-viewfinder-2

 

3. Sistem Autofokus

Berbeda dengan sistem autofokus yang kita kenal yaitu sistem deteksi kontras, deteksi fasa (phase detect) yang biasanya terdapat di kamera DSLR dan mirrorless, sistem autofokus sistem Phase ONE XF ini berbeda. Dinamakan Honeybee (tapi tidak ada kaitan langsung dengan lebah, tapi hanya karena desainernya mempelihara lebah di pekarangannya), Sistem AF ini mengandalkan processor khusus untuk mendeteksi fokus.

Menurut penuturan perwakilan Phase One, Jesper dari Denmark, sistem ini bisa mengenali warna dan dapat ditingkatkan kinerjanya dengan firmware update di masa depan. Saat ini ada tiga mode autofokus yang bisa dipilih yaitu spot (tengah), average, dan hyperfocal. Kedepannya, kabarnya bisa ditambahkan jika dibutuhkan fotografer. Sistem autofokus dibantu juga dengan Autofocus Assist lamp yang berwarna putih yang cukup terang dan berbentuk pola seperti zebra supaya dapat memotret di permukaan yang kontrasnya rendah.

Setelah mencoba mengunakan kamera di acara ini, saya mendapati autofokusnya cukup cepat dan lampu AF assistnya juga bagus. Bagi saya, mode autofokus hyperfocal sangat menarik, karena berguna untuk foto landscape, terlebih karena kamera medium format ruang tajamnya sangat tipis.

4.Hal-hal inovatif lainnya

  • Seismograph yang dapat mendeteksi getaran kamera : Sangat berguna untuk fotografer landscape untuk mengetahui apakah kamera sudah stabil atau belum.
  • Sebagian besar setting kamera bisa diatur dari software Capture One 8.3 via komputer, ipad, iphone (capture pilot).
  • Trigger flash studio Profoto built-in.
  • Shutter speed maksimum 60 menit dengan noise yang minimum (dengan Digital Back IQ3).
  • Exposure Zone system dengan pewarnaan yang berbeda untuk masing-masing zona
  • Highlight warning dua tahap, menandakan daerah foto yang bisa di-recover, dan yang tidak.
  • Long exposure calculator – Mencegah kesalahan perhitungan saat memotret long exposure (shutter speed lebih dari 1 detik).
  • Sensor temperature chart : Semakin tinggi suhu sensor, semakin banyak noisenya.

seismograph

Dalam perkembangan kamera digital yang cepat dalam 5 tahun terakhir ini, dimana hampir setiap tahun diluncurkan kamera digital baru yang membuat kamera digital yang diluncurkan setahun yang lalu menjadi ketinggalan zaman, saya pikir Phase One telah mengambil langkah yang cukup bijak untuk membuat sistem baru XF ini sebagai platform yang modular dan programmable sehingga bisa dikembangkan lagi di masa depan.

Dengan demikian, setidaknya peluncuran sistem Phase One XF ini dapat membuat fotografer merasa lebih yakin dan tenang terhadap investasinya ke sistem yang tidak sedikit ini, bisa bermanfaat untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Foto ini akan memberikan gambaran seberapa besar sistem kamera Phase One XF ini. Terpasang adalah lensa Schneider Kreuznach 80mm f/2.8 dan IQ3 50MP.

Foto ini akan memberikan gambaran seberapa besar sistem kamera Phase One XF ini. Terpasang adalah lensa Schneider Kreuznach 80mm f/2.8 dan IQ3 50MP.

phase-one-xf-system

Spesifikasi Phase One XF

  • Pilihan digital back: IQ3 50, 60, 80 MP & IQ2 60MP & IQ1 40-80 MP
  • Layar LCD touchscreen
  • Live View shooting
  • Tiga roda kendali, dua tombol shutter, empat tombol tambahan
  • Autofocus sensor : HAP-1 1Megapixel CMOS Sensor
  • Viewfinder: Prism: 97% coverage
  • Viewfinder waist level: 97% coverage with metering
  • Kecepatan foto berturut-turut: 1-2 foto per detik tergantung digital back
  • Exposure compensation: -5 sampai +5
  • Berat: Body camera dan IQ3 = 1.39 kg dengan jendela bidik prisma, 1.02 kg dengan waist level finder.
  • Baterai: Dua buah 3400 mAH, masing-masing untuk body dan digital back.
  • Shutter reliability test : 350.000 kali
  • Max. flash sync speed : Dengan lensa focal plane shutter 1/125 detik, dengan lensa leaf shutter 1/16oo detik.
  • Wireless trigger (profoto) : 20 meter (di luar ruangan). Di dalam ruangan bisa lebih

Harga kamera dan lensa (desain Denmark, made in Japan (Mamiya Factory)).

  • XF IQ3 80MP: $48,990.00
  • XF IQ3 60MP: $41,990.00
  • XF IQ3 50MP: $40,990.00

Lensa (desain Jerman)

  • Schneider Kreuznach 35mm f/3.5 : $6490
  • Schneider Kreuznach 120mm f/4 Macro : $6490

Sample foto Canon 5DS R

$
0
0

Beberapa hari yang lalu, saya menerima foto sample dari kamera Canon 5DS R (Rp 58 juta) dari teman saya Gregorius Hendra (Rio). Saat tour Kamboja Juni awal yang lalu, Rio mengatakan dia sudah memesan kamera ini dan alasan utamanya karena dia menyukai foto pemandangan sehingga menyukai kamera dengan resolusi tinggi (50 MP) dan juga terkesan dengan processor DUAL DIGIC 6 yang siap memproses data foto dengan cepat.

Dari pengamatan saya, hasil foto Canon 5DS R kiriman Rio cukup detail saat di zoom 100%, ketajaman yang maksimal bisa didapatkan saat melihat gambar dengan perbesaran 50%.

_Z4A1015-2

Data teknis: ISO 100, f/11, 25 detik

_Z4A1015-4

Zoom 100% dari gambar diatasBerapa besar sebenarnya 50 MP? Cukup besar! Coba perhatikan ilustrasi dibawah:

_Z4A1014-2

Data teknis: ISO 1250, f/8, 0.8 detik

_Z4A1014-3

Zoom 100% dari foto diatas

_Z4A1014-4

Zoom 100% dari foto diatas

_Z4A1010-2

 

Data teknis: ISO 100, f/11, 3.2 detik

Crop 100% dari foto diatas

Crop 100% dari foto diatas

resolution-comparison

Punya kamera 12 MP? Untuk mendapatkan resolusi 50MP, Anda perlu memotret 4 foto kemudian menggabungkannya menjadi satu, itupun masih kurang 2 MP.

12-50-mp-resolution

Lantas, apa kekurangannya? Menurut pengamatan saya terhadap hasil foto diatas, detail di bagian yang gelap tidak sebagus detail di bagian yang terang (dynamic range yang terbatas), juga di ISO yang agak tinggi seperti ISO 1250, mulai kelihatan efek processing yang menghaluskan dan menghilangkan detail foto.

Meskipun demikian, salut untuk Canon yang berani mengeluarkan kamera dengan sensor 50 MP, saat ini belum ada kamera bersensor full frame yang menyaingi.  Untuk memaksimalkan hasil foto semacam ini, dibutuhkan lensa beresolusi tinggi seperti lensa zoom 24-70mm f/2.8 II yang digunakan Rio untuk foto diatas, dan teknik foto yang disiplin.

Jika ingin tahu lebih detail tentang kamera ini bacalah : Canon 5DS dan 5DS R pecahkan rekor

Foto-foto oleh Gregorius Hendra

Ilustrasi perbedaan resolusi dari photographylife.com

 

Kamera Sony A6000 vs Samsung NX500

$
0
0

Calon pembeli kamera mirrorless dengan budget dibawah 10 juta rupiah, biasanya agak bingung untuk menentukan membeli kamera mirrorless type dan merk apa. Saat ini, yang cukup populer adalah kamera Sony A6000 dan Samsung NX500.

Sony A6000 vs Samsung NX500

Samsung NX500, yang di luncurkan Februari 2015, setahun lebih baru dari Sony A6000 dan dimuat dengan teknologi yang lebih baru, misalnya mampu merekam video 4K, punya LCD touchscreen yang bisa dilipat ke atas untuk selfie (Tahun 2014-2015 ini selfie booming he he he). Sensor NX500 juga lebih baru (28 MP Back side Illuminated sensor) tanpa filter AA untuk hasil yang lebih tajam.

samsung-nx500-selfie

Sony A6000 biasanya dijual dengan harga kurang lebih satu juta lebih murah daripada NX500, juga punya beberapa kelebihan. Salah satu yang paling menonjol adalah adanya jendela bidik elektronik yang akan sangat membantu untuk memotret di kondisi cahaya yang sangat terang seperti di luar ruangan saat cahaya matahari membuat layar LCD menjadi sulit dilihat.

sony-a6000-back-silver

Selain itu, Sony A6000 memiliki built-in flash, sehingga kita tidak perlu repot-repot atau takut kelupaan untuk membawa flash eksternal. Yang suka foto subjek bergerak/sport, Sony A6000 menawarkan buffer yang lebih lapang sehingga kita bisa memotret berturut-turut lebih lama sebelum kamera berhenti dan menulis data ke memory card. Soal ekosistem, lensa-lensa yang bisa dipasangkan ke kamera Sony lebih banyak pilihan dan variasi.

Lalu yang mana yang terbaik? Lagi-lagi tergantung fitur apa yang lebih diprioritaskan. Bagi sebagian penghobi fotografi, Samsung NX500 enak di user experiencenya, karena adanya layar sentuh dan selfie. Di lain pihak, bagi fotografer yang sering motret outdoor, action photography dan membutuhkan banyak akses ke lensa berkualitas tinggi/pro, Sony A6000 lebih cocok karena punya jendela bidik dan e-mountnya sangat fleksibel untuk mix and match (bisa memasang lensa-lensa sistem kamera lain dengan adaptor).

Semoga ulasan singkat ini bisa membantu yang lagi mencari kamera idaman untuk mengantisipasi liburan lebaran 2015 yang sudah didepan kita.

Sony A6000 atau Canon EOS 760D?

$
0
0

Sejak diumumkannya Canon EOS 760D, persaingan kamera di segmen bawah 10 juta semakin meriah. Canon 760D (dan saudaranya, 750D) memang banyak membuat pihak penasaran karena peningkatan di sensornya (kini jadi 24 MP, setara dengan Nikon atau Sony), auto fokusnya (pakai modul AF yang sama di 7D dan 70D) dan khusus 760D kini ada dua roda kendali dan LCD tambahan di atas. Canon 760D pernah saya ulas dan dibandingkan dengan Nikon D5500 karena keduanya cukup setara. Kali ini saya penasaran membahas bagaimana 760D bila dibandingkan dengan kamera mirrorless populer, Sony A6000? Memang di waktu lalu saya juga pernah ulas A6000 vs 700D, tapi kali ini bakal lebih seru karena A6000 dan 760D punya kesamaan mendasar, apakah itu?

760D vs A6000

Kesamaan antara Sony A6000 dan EOS 760D ada di hitungan jumlah piksel sensor, yaitu sama-sama APS-C CMOS 24 MP. Secara teori diatas kertas keduanya akan memberikan hasil foto yang sama baiknya, sama detailnya dan kinerja ISO tinggi yang juga setara. Sebagai sesama kamera modern, keduanya juga sudah dibekali konektivitas WiFi dan NFC. Tapi pada dasarnya kedua kamera ini punya beberapa perbedaan mendasar, dimana Canon mewakili kubu DSLR dan Sony mengusung konsep mirrorless. Uniknya, tidak ada keunggulan mutlak dari masing-masing kubu. Misal DSLR biasanya unggul di kecepatan auto fokus dan ada jendela bidik, tapi A6000 juga auto fokusnya cepat (berkat hybrid AF) dan jendela bidiknya juga bagus (walaupun elektronik). Di lain pihak, mirrorless menawarkan kepraktisan, misalnya auto fokus yang mudah dengan live view – beberapa mirrorless bisa memilih titik fokus dengan menyentuh layar (walau di A6000 tidak bisa), ternyata di 760D juga bisa sentuh layar untuk memilih area yang ingin difokus (walau untuk itu harus masuk dulu ke mode live-view, dan lebih asyik lagi pakai lensa jenis STM).

760D vs A6000b

Pilihan A6000 atau 760D pada dasarnya adalah dilema klasik pilih DSLR atau mirrorless. Jawabannya dikembalikan pada preferensi kita, suka kamera yang agak besar, dalam hal ini biasanya pilihannya adalah kamera DSLR, atau kamera yang lebih kecil seperti kamera mirrorless (walau beberapa kamera mirrorless juga ada yang sama besarnya dengan DSLR). Soalnya kalau bicara spesifikasi dan kualitas foto, juga ergonomi dan kendali (tombol, roda dsb) pada dasarnya keduanya sama baiknya.

Beberapa alasan kenapa orang lebih memilih Canon 760D :

  • suka akan jendela bidik optik
  • LCD tambahan di atas dianggap penting
  • perlu dukungan banyak lensa Canon / pihak ketiga
  • suka fitur wireless flash
  • suka layar sentuh

Sebaliknya, mereka yang lebih memilih Sony A6000 bisa jadi karena :

  • perlu kamera yang lebih kecil namun fiturnya lengkap
  • butuh kinerja lebih cepat (11 fps foto kontinu, 760D ‘cuma’ 5 fps)
  • butuh titik AF yang banyak dan merata
  • tidak suka adanya mekanisme cermin di dalam kamera
  • suka kamera berbahan logam (tampak lebih elegan dan kokoh)

Saya pribadi memfavoritkan keduanya, tanpa ragu saya bisa rekomendasikan keduanya untuk dibeli oleh pemula maupun penghobi fotografi.

Tapi kritik saya kepada keduanya juga ada :

Kekurangan Canon 760D :

  • tidak ada ISO step 1/3 stop, jadi setelah ISO 1600 langsung loncat ke ISO 3200
  • tidak ada Kelvin WB
  • tidak ada mode HDR (hanya ada HDR backlight di Scene mode)
  • tidak ada AF fine tune

Kekurangan Sony A6000 :

  • lensa kit generasi lama, kualitas biasa saja
  • tidak bisa wireless flash
  • tidak ada layar sentuh
  • baterai cepat habis (walau masih wajar untuk ukuran mirrorless)

Nah lho, makin bingung kan jadinya, hehehe…

—-

Belajar memaksimalkan kamera digital dengan kamera mirrorless / SLR dengan mempelajari fitur, setting, autofocus dan sebagainya di acara kupas tuntas kamera digital.

Liputan acara peluncuran kamera Leica Q di Jakarta

$
0
0

Hari selasa, tanggal 30 Juni 2015 yang lalu,  tim infofotografi (saya dan Enche Tjin) menghadiri acara peluncuran kamera Leica Q sambil berbuka puasa bersama awak media yang bertempat di Prohibition Resto, Plaza Senayan Arcadia, Jakarta. Undangan kali ini termasuk spesial karena selain produk yang diluncurkan adalah kamera premium dengan bandrol harga $4250 (Rp 69 juta – harga Indonesia), juga karena kamera Leica Q ini banyak membuat kami penasaran dengan kombinasi desain klasik dan teknologi modernnya.

Leica Q

Masih mengusung desain yang sama dengan kamera Leica lainnya, Leica Q sebagai advanced compact camera bergaya rangefinder punya bodi berbalut logam (magnesium alloy) yang terasa mantap saat dipakai. Produsen lensa ternama dari Jerman ini merancang dengan seksama lensa untuk Leica Q yaitu Summilux 28mm f/1.7 yang memiliki 11 elemen (termasuk 3 lensa asperikal) dan tersusun atas 9 grup. Teknologi modern di Leica Q tidak tanggung-tanggung, sederet fitur seperti sensor CMOS full frame 24 MP, jendela bidik elektronik 3,68 juta titik, layar sentuh 3 inci dan auto fokus (umumnya kamera Leica lainnya hanya ada manual fokus), dan ada WiFi juga.

Awak media mencoba Leica Q

Awak media mencoba Leica Q

Spesifikasi utama dari Leica Q (type 116) :

  • sensor :CMOS full frame 24 x 36mm, 24 MP (6000×4000 piksel)
  • lensa : Summilux 28mm f/1.7, 11 lensa dalam 9 grup, 3 asperikal, makro
  • shoot kontinu : 10 frame per detik
  • file format : 14 bit DNG (RAW), JPG, MP4 (full HD 1080p)
  • ISO : ISO 100-50.000
  • sistem fokus : auto fokus (contrast detect), manual focus (dengan peaking)
  • metering : Multi-field, center weight, spot
  • shutter : mekanik (sampai 1/2000 detik), elektronik (1/2500-1/16000 detik), flash sync 1/500 detik
  • jendela bidik elektronik : LCOS display, 1280×960 piksel (3.68 juta titik)
  • baterai : Lithium ion 1200 mAh 7.2 V
Enche Tjin berdialog dengan Mr Sunil Kaul

Enche Tjin berdialog dengan Mr. Sunil Kaul, managing director Leica Camera Asia

Dalam acara kemarin, kami berkesempatan mencoba untuk memakai Leica Q beberapa saat untuk membuktikan sendiri betapa mantapnya kamera ini. Bodinya yang berbahan logam terasa dingin dan kokoh saat dipegang, dan ternyata bobotnya yang sekitar 640 gram masih terasa pas untuk dipegang (kira-kira setara dengan kebanyakan kamera DSLR pemula-menengah). Tampilan jendela bidik elektronik terlihat jernih dan detail. Karena jendela bidik ini mendapat gambar dari sensor, maka apa yang ditampilkan persis sama dengan apa yang didapat (berbeda dengan jendela bidik optik ala rangefinder lain yang ada sedikit pergeseran paralax). Saya yang terbiasa melihat jendela bidik di kamera mirrorless justru lebih terbiasa dengan jendela bidik di Leica Q, tapi mungkin pemakai Leica yang biasa pakai Leica sebelumnya akan merasa agak aneh dengan jendela bidik elektronik seperti ini.

Leica Q

Suasana tempat peluncuran kamera di Prohibition Resto ini termasuk sangat low light, dan ini menantang untuk siapapun yang memotret karena perlu ISO tinggi. Untungnya dengan sensor full frame, Leica Q masih bisa menjaga noise tetap rendah di ISO 3200, dan hasilnya masih cukup bersih. Di tempat yang kurang cahaya inipun auto fokus kamera Leica Q masih bisa bekerja dengan baik. Tapi bagi yang ingin memakai manual fokus, kamera ini tetap menyediakan indikator jarak fokus di lensanya, termasuk indikator terpisah untuk yang mau fokus sangat dekat (makro).

Sunil Kaul Mr

Mr. Sunil Kaul

Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Mr. Sunil Kaul, Managing Director Leica Asia Pacific, yang kemudian dilanjut dengan penjelasan produk oleh Bpk Wilson Gunawan (Leica store Indonesia). Di acara puncak, pihak penyelenggara menghadirkan beberapa pembicara yaitu Romi Perbawa (Ambasador Leica Indonesia) dan Yongki Lie. Para pembicara menampilkan foto-foto yang diambil dengan Leica Q beserta kesan-kesannya dengan kamera tersebut.

Bpk Wilson Gunawan

Bpk Yongki Lie, mewakili fotografer amatir

Pada intinya kedua pembicara menyukai banyak hal dari Leica Q seperti fokal lensanya yang 28mm, kecepatan/responsifnya shutter kamera untuk menangkap momen dan kemudahan dalam memotret memakai fitur WiFi dari ponsel. Romi yang khususnya sudah membawa Leica Q ke lokasi yang sulit dan gelap seperti memotret aktivitas Ramadhan di Pesantren Lirboyo, merasa sangat terbantu dengan kemampuan kamera ini. Saat memotret malam hari pada waktu tarawih dan sahur yang gelap dan hanya mengandalkan lampu jalan, Romi masih menyukai akurasi fotonya meski ISO disetel sampai 6.400.

Romi Perbawa (kanan) memaparkan hasil fotonya

Romi Perbawa, fotografer profesional jurnalistik (kanan) memaparkan hasil fotonya

Tampaknya kamera Leica Q akan bisa meladeni hasrat fotografer yang menyukai street fotografi, arsitektur dan pemandangan berkat kombinasi sensor, fokal lensa, kualitas optik khas Leica dan kemudahan pemakaian kamera yang didukung fitur-fitur modern. Anda tertarik?

Contoh-contoh karya foto Romi Perbawa :

Contoh karya foto Romi Perbawa

Shutter yang responsif membantu mengambil momen yang tepat, walau dalam keadaan kurang cahaya

Membekukan momen dengan bukaan f/1.7 siang hari tidak masalah, karena shutter kamera ini sangat cepat hingga 1/16000

Membekukan momen dengan bukaan f/1.7 siang hari tidak masalah, karena shutter kamera ini sangat cepat hingga 1/16000

Nikon P900 : Kamera prosumer dengan zoom DASHYAT!

$
0
0

Kamera Nikon P900 ini tergolong kamera prosumer atau disebut juga superzoom karena kemampuannya untuk zoom yang sangat jauh. Kamera ini bentuknya seperti kamera DSLR, tapi bedanya lensa kamera ini tidak bisa diganti-ganti seperti kamera DSLR. Perbedaan lainnya yaitu kamera ini memiliki ukuran image sensor yang relatif kecil, yaitu 1/2.3 inci, setara dengan sebagian besar kamera compact yang harganya dibawah 3 juta atau sebagian smartphone high-end.

nikon-p900

Maka itu kualitas gambarnya masih tidak sebaik kamera DSLR/mirrorless, tapi diatas kamera saku dan smartphone pada umumnya karena kualitas lensanya dilengkapi dengan elemen ED (extra dispersion) dan arsitektur image sensor-nya mengunakan teknologi BSI (back-lit sensor image) sehingga kualitas gambarnya sedikit lebih baik di kondisi cahaya yang gelap.

Pertanyaan selanjutnya adalah, kamera semacam ini buat apa? Fotografer yang baik akan mengoptimalkan kekuatan kamera ini, yaitu di lensa zoomnya yang mampu men-zoom luar biasa jauh. Fotografer bisa memanfaatkan lensa zoom yang ekuivalennya sampai 2000mm untuk foto candid, foto detail arsitektur kota, foto benda langit yang jauh seperti matahari dan bulan, dan satwa liar.

nikon-p900-front

Kelemahan utama kamera ini adalah kinerja/kecepatannya, misalnya perlu lima detik untuk zoom dari sudut pandang besar 24mm sampai 2000mm, dan ada jeda shutter (shutter lag) sehingga tidak begitu cocok untuk foto aksi yang sangat cepat, kecuali fotografer mengantisipasi dengan baik dan mengunakan fungsi foto berturut-turut (continuous shooting).

Kelemahan lainnya yaitu saat di zoom ke jarak fokus ekuivalen 1500-2000mm, kualitas gambar akan menurun (kurang kontras dan tajam). Selain itu, karena image sensor yang kecil, detail foto tidak sebaik gambar tangkapan kamera DSLR/mirrorless yang sensornya lebih besar. Di ISO 400, banyak detail yang hilang atau noise sudah terlihat cukup banyak saat di perhatikan dengan seksama (zoom 100%).

Ada juga kelemahan di mekanisme shutter speed saat mengunakan ISO tinggi. Di ISO 100, pilihan shutter speed mencapai 15 detik, tapi di ISO 200 menjadi 8 detik, ISO 400 menjadi 4 detik dan di ISO 3200 dan 6400 hanya 1/2 detik. Sehingga menyulitkan saat ingin memotret di kondisi cahaya gelap seperti night photography kecuali kondisi lingkungan cukup terang. Misalnya banyak lampu-lampu jalan atau gedung.

Kesimpulannya, kamera ini cukup menggegerkan dunia kamera prosumer karena sampai saat ini belum ada kamera yang memiliki zoom sepanjang ini (saingan terdekat 1365mm) Tapi kamera ini tentunya bukan kamera yang fleksibel untuk setiap suasana/kondisi pencahayaan, karena image sensor yang digunakan cukup kecil dan juga kinerjanya tidak secepat yang diharapkan. Menurut saya, kamera Nikon P900 cocok untuk foto-foto subjek yang tidak bergerak dan dikomposisikan dengan hati-hati. Karena zoomnya sangat besar, kualitas gambar terbaik akan didapatkan oleh fotografer yang disiplin dalam mengunakan tripod.

Kelebihan

  • Lensa Zoom sangat panjang
  • Ukuran dan berat kamera relatif ringan dibandingkan dengan sistem kamera DSLR
  • Stabilization cukup efektif

Kelemahan

  • Kualitas foto di 1500-2000mm
  • Kualitas gambar kurang bagus di kondisi cahaya yang gelap
  • Kinerja/kecepatan kamera relatif lambat saat zoom
  • Tidak ada pilihan RAW

nikon-p900-lcd

Spesifikasi Nikon P900

  • Lensa 24-2000mm f/2.8-f/6.5 – 83X
  • ISO 100-6400
  • 16 CMOS, 1/2.3″
  • Video 1080/60p
  • Optical stabilization system (VR) 5 stop
  • 7 fps
  • Wifi & NFC
  • jendela bidik elektronik 921 juta titik
  • 900 gram

Panasonic GX8 : kamera mirrorless four thirds paling lengkap dan handal

$
0
0

Kamera mirrorless di tahun 2015 ini banyak sekali pilihannya, jauh lebih banyak dari kamera DSLR, tapi sebagian besar masih punya banyak kelemahan dan fiturnya masih tidak selengkap kamera DSLR canggih. Panasonic GX8 hadir untuk membungkam keluhan tersebut dan mungkin merupakan kamera yang bisa menarik perhatian Anda untuk pindah dari kamera DSLR ke mirrorless, jika Anda masih memakai DSLR tentunya :).

panasonic-gx8-12-35mm

Mari kita periksa sama-sama apa saja fitur unggulan dimiliki kamera Panasonic GX8 ini:

Sensor four thirds baru 20 MP

Sampai saat ini, resolusi paling tinggi untuk kelas micro four thirds adalah 16MP, dan sudah cukup lama dan banyak digunakan. Peningkatan resolusi ini membuat hasil foto lebih detail. Dari hasil pengujian pihak luar, kendali noise juga masih baik.

Body yang tangguh, banyak tombol kustomisasi dan weathersealed

Bagi yang suka berpetualang, misalnya ke hutan, air terjun, foto di saat cuaca buruk, tidak perlu kuatir karena Panasonic GX8 dilengkapi dengan body yang tangguh dan tahan air. Body Panasonic GX8 agak besar, lebih besar dari GX7 tapi masih lebih kecil GH4. Ukuran yang gak besar ini bisa termasuk nilai positif dan juga negatif. Bagi yang suka travel light tentunya ini negatif. Selain ukuran agak besar, beratnya juga cukup signikan yaitu 487 gram (termasuk baterai), lebih berat dari saingannya Sony A6000 (344 gram) dan sedikit Fujifilm X-T10 (440 gram). Bagi yang ingin kamera yang enak digenggam dan terasa kokoh, dan juga bagi yang suka tombol-tombol yang banyak, hal ini merupakan hal yang positif. Ada lima tombol yang bisa dikustomisasi.

panasonic-gx8-lcd-putar

Layar LCD dan jendela bidik canggih

Layar LCD Panasonic GX7 resolusinya tinggi (1 juta titik), dan bisa diputar segala arah dan juga bisa touchscreen. Touchscreen bisa digunakan untuk mengganti setting, fokus dan juga memotret. Jendela bidik elektroniknya juga detail (2.3 juta titik), dan unik hanya untuk kamera ini saja, jendela bidiknya bisa diputar ke atas. Fitur ini mungkin berguna bagi yang suka foto makro di luar ruangan. Sayangnya, jendela bidik dan roda kendali yang banyak menghabiskan tempat sehingga kamera ini tidak memiliki built-in flash.

Kecepatan foto berturut-turut yang cepat dan buffer yang lapang

Suka foto aksi seperti olahraga, pets, anak-anak kecil, satwa liar? Kecepatan foto berturut-turut Panasonic GX8 cukup cepat, 6 foto per detik dengan autofocus tracking, 8 foto perdetik tanpa autofocus tracking. Buffernya juga sangat lapang, dan bisa merekam berturut-turut dengan cepat sampai kartu memory habis.

Kecepatan autofocus tinggi

Dari pertama sistem micro four thirds berdiri, Panasonic memang terkenal memiliki sistem autofocus yang cepat, yang GX8 juga sama. Panasonic GX8 mengunakant teknologi autofokus DFD (Depth from Defocus) yang piawai dalam kecepatan baik di kondisi terang maupun gelap (sampai EV-4). Panasonic mengklaim bisa memotret dengan kecepatan autofokus 0.07 detik, yang merupakan salah satu kamera dengan AF tercepat saat ini.

Built-in Image stabilization

Kamera Panasonic adalah kamera mirrorless pertama (Panasonic G1), tapi belakangan yang lebih populer  kamera Olympus karena memiliki built-in image stabilization dan juga desain retronya yang dianggap lebih fashionable, tapi kini kelebihan tersebut tidak ada lagi, karena Panasosic GX7 dan GX8 sudah punya built-in image stabilization. Built-in image stabilization yang dimiliki GX8 ini empat axis, dan bisa bekerja sama dengan lensa yang memiliki image stabilization untuk hasil yang maksimal. Sayangnya stabilizer ini tidak berfungsi saat merekam video.

Video

Dunia sinematografi mengenal Panasonic sebagai produsen kamera foto dan video yang handal dari jaman dulu. Panasonic GH4 adalah kamera yang sangat populer di kalangan sinematografi saat ini. GX8 juga up-to-date dalam hal ini karena sudah bisa merekam video 4K (meskipun sebagian frame terkena crop). Berkaitan dengan video, GX8 punya fitur unik, yaitu kita bisa mengambil salah satu frame video menjadi foto beresolusi 8 MP. Dengan fitur ini, fotografer dapat menangkap momen yang sulit seperti momen olahraga, satwa liar dan mendapatkan video dan foto sekaligus. Fitur ini juga terdapat di Panasonic G7.

panasonic-gx8-depan

Kesimpulan

Kamera mirrorless Panasonic GX8 adalah kamera yang paling lengkap all-around. Sulit menemukan kelemahan kamera ini karena semua fitur penting dan canggih sudah ada di dalam kamera ini. Bagi yang sudah memiliki banyak lensa micro four thirds (Olympus, Panasonic dan beberapa produsen lensa lain) tentuya tidak perlu berpikir panjang untuk upgrade ke Panasonic GX8. Bagi yang memiliki sistem kamera DSLR/mirrorless lain, mungkin akan perlu mempertimbangkan apakah kualitas gambar sensor micro four thirds dan resolusi foto 20 MP di ISO 3200 sudah cukup bagus bagi kebutuhan masing-masing. (Sebagai info, Instagram/facebook hanya butuh foto 1-2 MP). Selain itu, berat (487 g)dan ukuran GX8 yang cukup besar ini juga perlu dipertimbangkan. Kamera ini sangat cocok untuk photo/video journalist (pewarta foto), street photography, dan travel photography. Harganya US$1199, atau sekitar Rp 16 juta body-only.

Simak juga video Panasonic Lumix di Youtube.

Review kamera Canon 760D

$
0
0

Canon 760D merupakan kamera DSLR pemula yang tercanggih fiturnya di tahun 2015 ini. Kamera ini termasuk kelas pemula karena memiliki angka tiga digit. Secara sekilas, 760D memang terlihat seperti kamera DSLR pemula, yang ditandai dengan ukurannya yang ringkas, dan bahan kamera sebagian besar dari plastik (bukan logam magnesium alloy). Setelah diteliti lebih jauh, 760D memiliki beberapa sifat seperti kamera kelas menengah dua digit seperti 70D. Harga kamera ini sekitar 8-8.2 juta body only, dan 12.2 juta dengan lensa zoom 18-135mm IS STM.

canon-760d-depan

Kemiripan kamera ini dengan kamera semi pro bisa dilihat dari layar LCD yang berada dibagian atas kamera untuk melihat setting exposure dan beberapa setting lainnya. Selain itu, 760D memiliki roda kendali di bagian belakang kamera, sebuah ciri yang biasanya hanya dimiliki kamera kelas menengah/semi pro.

canon-760d-backRoda kendali ini agak kecil bagi saya. Kadang sulit dijangkau dengan jempol. Dengan kehadiran roda kendali ini, pengguna dapat mengubah bukaan lensa atau kompensasi eksposur tergantung mode kamera apa yang aktif.

canon-760d-top

Layar LCD kecil diatas kamera ini yang membedakan antara kamera Canon 760D ini dengan kamera DSLR pemula lainnya.

Spesifikasi hardware kamera ini juga cukup canggih. Katakanlah 24 MP APS-C sensor yang merupakan sensor kamera dengan resolusi tertinggi dan terbaik saat ini, bahkan mengalahkan Canon EOS 70D, 60D dan 7D.

Sistem autofokus dari 760D merupakan warisan dari kamera profesional 7D yang sudah teruji dari kecepatan dan akurasi foto untuk subjek diam dan bergerak. 19 titik fokus yang tersedia semuanya bersifat cross-type yang sensitif. Dengan adanya sistem autofokus ini, tombol di bagian atas bertambah satu, yaitu tombol pengganti autofokus, tombol ISO, dan tombol lampu.

Kiri: f/8, 1/250 detik, ISO 100 Kanan: f/11, 1/60 detik, ISO 100.

Kiri: f/8, 1/250 detik, ISO 100 Kanan: f/11, 1/60 detik, ISO 100. Gradasi warna dalam foto yang dihasilkan kamera ini mulus dan enak dipandang.

Kualitas gambar yang dihasilkan sensor 24MP dan prosesor DIGIC 6 ini cukup baik meng-handle ISO tinggi. Di ISO 100-400, kualitas sangat baik. ISO 800-3200 kualitas sedang, dan 6400 dan 12800 kualitas kurang begitu baik karena detail dan ketajaman berkurang. Saat memotret file RAW, color noise terlihat cukup banyak, tapi saat memotret JPG, dan setting noise reduction standard, color noise bisa ditekan.

canon-760d-enche-02

ISO 800, f/2.8, 1/50 detik – Olah digital dengan Adobe Lightroom

Dynamic range, kemampuan image sensor menangkap dan membedakan antara terang-gelap, lebih baik daripada sensor 18MP atau 20MP, dan menurut saya sudah cukup baik untuk fotografi sehari-hari tapi belum sempurna. Foto interior gereja Katolik diatas misalnya, kamera mampu menangkap detail di bagian terang (dekat jendela) dan bagian yang gelap (meja dan bangku) dengan cukup baik, meskipun bagian yang gelap muncul noise.

f/2.8, ISO 800, 1/13 detik, 35mm

f/2.8, ISO 800, 1/13 detik, 35mm – Lensa EF-S 17-55mm f/2.8 merupakan lensa favorit saya karena bisa memunculkan warna-warna yang kontras, padahal di mata saya botol-botol ini gelap dan tidak menarik.

Implementasi live view Canon 760D ini saya rasakan juga lebih baik dari kamera DSLR pendahulunya dan juga pesaing. Di mode live view, kita bisa mengganti nilai bukaan, shutter speed, ISO secara langsung dan melihat efeknya di layar. LCD 760D ini touchscreen, dan juga bisa diputar, memudahkan untuk memotret dengan angle yang tidak biasa. Saat memotret dengan live view, reaksi autofokus dan kamera terasa lebih cepat daripada kamera DSLR lainnya dan tidak begitu berisik dibandingkan model terdahulu (70D, 700D, 650D). Juga yang mengejutkan saya adalah tidak ada black out layar dan shutter lag cukup minimal. Namun kecepatan auto fokus dan foto berturut-turutnya saat live view tidak secepat saat memotret melalui jendela bidik.

Kamera ini mengunakan baterai yang berbeda dengan pendahulunya 700D/650D, yaitu baterai LP-E17 yang kapasitasnya 440 foto per charge. Dalam pengalaman saya, foto dari pagi jam 6 sampai siang, sekitar 250 foto, indikator baterai masih penuh. Sedangkan teman-teman lain yang mengunakan compact/mirrorless sudah habis baterai pertama mereka sesaat sebelum makan siang.

Yang saya sayangkan, beberapa pengaturan secara software tidak diberikan Canon untuk kamera Canon 760D, sesuai tradisi kamera DSLR pemula, pilihan ISO hanya 1 stop, bukan 1/3 stop, tidak ada pilihan pengaturan Kelvin.

Kelebihan Canon 760D

  • Kualitas gambar baik, detail tinggi
  • Lumayan ringkas dan ringan untuk kelas kamera DSLR
  • Handling dan fitur seperti kamera semi-pro
  • Sistem autofokus 19 titik yang sudah teruji
  • Kinerja autofokus dan implementasi live view yang bagus
  • Built-in flash bisa untuk memicu flash secara optik/cahaya
  • Made in Japan (Quality Control yang lebih baik?)

Kelemahan Canon 760D

  • Roda kendali di bagian belakang kamera bagus, tapi agak kecil
  • Pilihan ISO 1 stop, bukan 1/3 stop untuk pengaturan yang lebih presisi
  • Auto ISO tidak ada pilihan minimum shutter
  • Tidak ada pengaturan Kelvin
  • Autofokus saat liveview di kondisi cahaya lambat misalnya indoor, agak pelan (1/2-1.5 detik) dan tergantung dari lensa yang digunakan
  • Sedikit pilihan kustomisasi misalnya mengubah/memprogram tombol menjadi fungsi lain
  • Tidak ada AF-micro adjustment untuk mengkalibrasi lensa yang autofokusnya sedikit melenceng.
  • Jendela bidik optik ukurannya agak kecil dan dari kaca/pentamirror yang sedikit lebih gelap.
enche-canon-760d-model-01

24 Megapixel merekam detail dalam jumlah yang cukup banyak. Foto ini saya buat dengan lensa Canon 100mm f/2.8 L IS Macro – Foto belum di-retouch/edit – Model Dersya F.

Krop 100% dari foto diatas

Krop 100% dari foto diatas

Kesimpulan

Setelah mencoba kamera ini beberapa hari, saya cukup senang mengunakannya, dan tidak ada keluhan yang berarti dalam kinerja, kemudahan operasi atau kualitas gambar yang dihasilkan. Jika Anda saat ini mengunakan kamera DSLR pemula Canon seperti Canon 1xxxD, 5xxD, 6xxD, upgrade ke Canon 760D akan merasakan banyak peningkatan yang berarti. Bagi yang sama sekali belum memiliki kamera DSLR/mirrorless, tentunya akan gak bingung karena banyaknya kamera saingan dibawah 10 juta. sebagian besar lebih ringkas/kecil daripada Canon 760D.

Tidak mudah memilih kamera digital karena rata-rata sudah cukup bagus dan harganya juga tidak terlalu tinggi. Bagi saya Canon 760D kamera yang bagus untuk pemula ataupun kamera cadangan untuk profesional. Keuntungan memilih sistem kamera DSLR Canon yaitu jumlah pemakainya banyak dan pilihan dan ketersediaan lensa dan aksesorisnya paling banyak dibandingkan dengan sistem kamera lainnya.

Dibandingkan dengan Canon 750D, 760D punya layar LCD tambahan, dua roda kendali, dan autofokus live view yang lebih bagus saat mengikuti subjek bergerak. Menurut saya lebih baik yang 760D karena dana ekstra yang dikeluarkan sangat pantas. Simak pembahasan lengkapnya di artikel ini.

Dibandingkan dengan Canon 70D, 760D punya image sensor yang sedikit lebih baik 24 MP vs 20 MP, prosesor lebih baru (DIGIC 6 vs DIGIC 5+), ukuran kamera 760D lebih ringkas, lebih murah, tapi semuanya lebih kecil (jendela bidik, roda kendali, layar lcd di bagian atas kamera), dan autofokus di liveview tidak secepat 70D, terutama saat mengikuti subjek bergerak. Ikuti pembahasan saya tentang Memilih kamera 760D dan 70D.

Dibandingkan dengan Nikon D5500, kualitas gambar dari Nikon sedikit lebih baik, ukuran kamera Nikon lebih kecil dan ringan, tapi flashnya tidak bisa untuk memicu flash off-camera, autofokus saat live-view lebih lambat dan tidak bagus untuk subjek bergerak.

enche-canon-760d-model-02

Krop 100% dari foto diatas

Krop 100% dari foto diatas

Spesifikasi kamera Canon 760D

  • 24MP APS-C Sensor
  • 19 titik autofokus – semuanya cross type
  • ISO 100-25600
  • LCD bisa diputar dan touchscreen
  • Foto berturut-turut 5 foto per detik
  • Berat 565 gram termasuk baterai
  • Shutter speed: 30 – 1/4000 detik
  • Jendela bidik Pentamirror
  • Wifi & NFC

Harga: Sekitar 8.2 juta body only, 12.2 juta dengan lensa 18-135mm IS. (2015)

Terima kasih kepada Pak Gunawan Setiadi untuk pinjaman kamera Canon 750D dan lensa Canon EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM.

—-
Sudah beli kamera? Yuk belajar mengoperasikan kamera dan ikuti kursus fotografi dan tur fotografi. Periksa jadwalnya di halaman ini.


Lima hal yang membuat saya terkesan dengan Sony A7R mk II

$
0
0

Saat menulis artikel ini, saya berada di Singapore dalam rangka menghadiri konferensi media dan dealer Sony yang membahas tentang kamera mirrorless pro Sony A7R mk II.  Kamera ini memberikan banyak kesan positif ke saya dan teman-teman fotografer/media yang hadir. Berikut lima hal yang membuat saya terkesan.

sony a7r mk II

  1. Resolusi foto 42.4 MP yang kualitasnya sangat tajam dan bagus karena tidak ada low pass filter
    Tidak ada kompromi atas noise. ISO tinggi tetap bagus, rentang ISO yang direkomendasikan 100-25600, bisa di expand ke 50-104000. Hal ini bisa terjadi karena arsitektur sensor EXMOR R, back side illuminated yang efisiensinya lebih tinggi daripada sensor gambar konvensional/biasa.
  2. Arsitektur EXMOR R memungkinkan transmisi data 3.5x lebih cepat, A7r mk II bisa merekam video 4K langsung ke memory card high-speed. (Kamera Sony A7s harus melalui aksesoris Atomos Shogun).
  3. Mekanisme shutter ditingkatkan, kini lebih senyap dan lebih empuk, gambar jadi tetap tajam karena getaran shutter berkurang 50%. Selain itu, durabilitas shutter menjadi 500.000 jepret. Plus, ada pilihan silent shutter (sama sekali tidak bersuara seperti memotret dengan ponsel).
  4. Sistem autofocus baru 339 titik deteksi fasa, 25 area deteksi contrast. Kombinasi ini disebut hybrid autofocus. Kerennya, sistem autofokus ini bekerja juga dengan lensa AF non-Sony dengan adapter tentunya. Setelah mencoba di sesi uji coba, saya mendapatkan sistem ini sangat baik untuk memotret subjek bergerak.
  5. Mekanisme stabilization 5 axis juga ditanamkan ke kamera ini. Bedanya, algoritmanya sudah disesuaikan dengan sensor 42.4 MP, sehingga efektif sekitar 2-4.5 stop tergantung lensa yang digunakan.
Fotografer pro Benny Lim sedang mencoba A7R mk 2 dengan lensa Canon 50mm f/1.2L. Autofokusnya terasa cepat daripada di body Canon, komentarnya sesaat setelah menguji .

Fotografer wedding dan portrait, Benny Lim sedang mencoba A7R mk 2 dengan lensa Canon 50mm f/1.2L. “Autofokusnya terasa lebih cepat daripada di kamera Canon”, komentarnya sesaat setelah menguji .

Fotografer fashion terkenal Nicoline Patricia Malina berpose dengan sony A7R mk II dan lensa Sony Zeiss 35mm f/2.8. Ukuran yang ringkas tapi kualitasnya sangat bagus menjadi daya tarik utama sistem mirrorless full frame Sony ini.

Fotografer fashion terkenal Nicoline Patricia Malina berpose dengan sony A7R mk II dan lensa Sony Zeiss 35mm f/2.8. Ukuran yang ringkas tapi kualitasnya sangat bagus menjadi daya tarik utama sistem mirrorless full frame Sony ini.

——–
Kamera ini akan tersedia akhir Agustus, bagi yang ingin memesan, bisa lewat toko langganan atau juga bisa melalui Infofotografi. Dengan memesan via Infofotografi dengan telp 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com maka secara langsung dapat membantu pengembangan Infofotografi. Terima kasih.

Pantaskah harga sebuah kamera?

$
0
0

Setiap kamera baru diluncurkan, sering ada teman-teman yang menanyakan kepada saya, apakah kamera baru tersebut bagus? Apakah pantas dibeli dan pantas harganya? Sebenarnya, kamera yang terbaik untuk setiap orang tidak sama, dan seperti baju, pantas tidaknya lebih tergantung ke kecocokan masing-masing. Banyak faktor yang sifatnya subjektif, tergantung kesukaan dan kebutuhan masing-masing orang. Saya mencoba merangkum beberapa pertimbangan sebelum memilih kamera.

Pertimbangan fitur kamera

Biasanya, harga kamera sering dibandingkan dengan peningkatan fitur dari kamera pendahulunya atau kamera merk lainnya. Jika kita membutuhkan fitur tersebut, maka kamera tersebut harganya pantas, atau bisa terasa murah. Tapi jika peningkatan fiturnya tidak kita butuhkan, maka harga kamera baru tersebut terasa tidak pantas. Contoh, kelebihan utama Sony A7 mk II dibandingkan A7 orisinil terletak di peredam getar di dalam kamera. Pengguna Sony A7 yang mengunakan lensa yang ada stabilizernya tentunya tidak terlalu merasa perlu fitur Sony A7 mk II. Maka itu, untuk pemilik kamera Sony A7, selisih harga 5-7 juta antara A7 dan A7 mk II jadi terasa mahal.

Tapi bagi yang mengunakan lensa-lensa yang tidak memiliki fitur image stabilization, misalnya lensa fix seperti 35mm f/1.4, 55mm f/1.8, dan lensa-lensa jaman dulu via adaptor, akan mendapatkan keuntungan besar dengan adanya built-in stabilization di badan kamera. Semua lensa yang tidak memiliki peredam getar akan mendapatkan manfaat ini. Bagi fotografer tersebut, Sony A7 mk II harganya sangat pantas, malah menurut saya mungkin terlalu murah.

Canon 1DX, pantas untuk fotografer pro jurnalis,olahraga, satwa liar, tapi overkill bagi saya dan sebagian besar fotografer.

Canon 1DX, pantas untuk fotografer pro jurnalis,olahraga, satwa liar, tapi overkill bagi saya dan sebagian besar fotografer.

Pertanyaan lainnya : Apakah kamera tersebut memiliki fitur yang Anda perlukan? Jika membutuhkan kamera yang super cepat untuk fotografi olahraga, satwa liar, tentunya kamera jago ngebut dan tahan banting seperti Canon 7D mk II (Rp 19 juta) atau Canon 1DX (Rp 82 juta) sangat pantas. Di lain pihak, jika Anda memilih kamera dengan fitur yang tidak pernah akan Anda gunakan, harga yang dibayarkan jadi tidak pantas.

Pertimbangan ekonomi

Berapa sering Anda akan mengunakannya? Kalau akan digunakan sehari-hari, kamera yang harganya agak mahal juga pantas. Kamera pocket berkualitas tinggi seperti Sony RX100 mk III seharga 10 juta, sebagian besar orang akan merasa mahal, karena jika dibandingkan, kamera pocket dipasaran biasanya harganya dibawah 4 juta. Tapi kalau digunakan sehari-hari, kamera pocket 10 juta ini bisa jadi lebih murah dari kamera mirrorless atau kamera DSLR.

sony-rx100-mk3Alasannya karena kamera pocket ringan, maka sering dibawa-bawa kemana-mana tanpa harus bawa tas kamera. Karena itulah, dalam satu tahun kamera ini sering Anda gunakan, katakanlah 200 hari dalam setahun. Di lain pihak, kamera DSLR seharga 5 juta tapi jika digunakan hanya 30 hari dalam setahun misalnya saat liburan saja, maka kamera pocket tersebut sebenarnya murah.

Pertimbangan subjektif

Selera pribadi terhadap desain model kamera, desain tata letak tombol, dan bahkan sampai bunyi jepret kamera tergantung masing-masing individu. Wajar-wajar saja menyukai sebuah kamera karena model, bentuk, atau merknya. Sama seperti menyukai produk fashion atau makanan.

leica-c-01

Leica C, memang desainnya lebih mempesona.

Beberapa merk kamera yang dikenal bergengsi seperti Hasselblad dan Leica sering membuat kamera yang sebenarnya memiliki spesifikasi yang sama persis dengan kamera Sony dan Panasonic, bedanya hanya sedikit di penampilan luarnya, tapi dijual dengan harga yang lebih mahal. Tapi saya melihat banyak juga orang yang membeli dan mengunakannya.

Secara logika memang harga kamera Leica C ($699) rebrand dari Panasonic LF1 ($480), atau Hasselblad Stellar ($999) sebenarnya sama dengan Sony RX100 ($448) tidak pantas. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang yang lebih pede kalau mengunakan kamera branded seperti Leica daripada kamera Panasonic. Di lain pihak, banyak juga yang terkecoh.

Pertimbangan pihak ketiga

Banyak situs review kamera yang memberikan nilai / rating terhadap sebuah kamera, atau review dari seorang fotografer kadang bisa menjadi acuan, terutama review kamera yang dilakukan secara jangka panjang. Tapi sayangnya review tersebut biasanya langka, karena kebanyakan reviewer tidak memiliki kamera tersebut, tapi hanya pinjaman beberapa hari atau seminggu dari produsen kamera.

Review dari pihak ketiga memang bagus untuk memperluas wawasan kita sebelum membeli, tapi yang saya perhatikan, kebanyakan review memberikan nilai yang bagus terhadap kamera yang fiturnya seimbang dan lengkap. Tapi banyak juga kamera yang dirancang bagus untuk satu hal, tapi tidak hal-hal yang lain, misalnya ada kamera yang memiliki kualitas foto yang sangat bagus, tapi kinerja autofokus dan kecepatan foto berturut-turutnya lambat. Kamera semacam itu biasanya mendapatkan penilaian yang kurang baik.

Pertimbangan purna jual

Apakah setelah dipakai beberapa tahun, kamera Anda masih memiliki nilai jual? Kebanyakan kamera akan turun harganya setelah kamera baru penggantinya keluar. Rata-rata kamera DSLR pemula biasanya diperbaharui setiap tahun, yang lebih canggih biasanya dua sampai empat tahun sekali. Semakin cepat produsen kamera mengeluarkan kamera baru, biasanya harga purna jualnya jatuh lebih cepat.

Sedangkan lensa mungkin beda cerita, setiap lensa itu unik, karena desain elemen optiknya berbeda-beda, maka itu harga purna jualnya biasanya masih cukup tinggi, terutama lensa yang berkualitas dan unik. Lensa juga diperbaharui setiap jangka waktu yang cukup lama, sekitar 5-10 tahun. Ada juga lensa yang tidak diperbaharui dan tidak diproduksi lagi seperti Nikon 28mm f/1.4D. Harga lensa tersebut malah naik. Pertama kali lensa ini dijual $1700. Sekarang harga jual lensa bekasnya sekitar $2000 sampai $3300 tergantung kondisinya.

nikon-28mm-f14d

Kesimpulan

Jadi, persepsi harga kamera yang pantas berbeda-beda bagi setiap orang, maka itu saya juga tidak bisa menjawab hal ini. Merupakan hal yang bijak jika kita mengetahui fitur apa yang kita butuhkan dari sebuah kamera, dan perbanyaklah riset sebelum membeli. Jangan kebanyakan pertimbangan juga, nanti jadinya gak beli-beli hehe :)

Sony A7R mk II vs Canon 5DS R

$
0
0

Belakangan ini, beberapa teman merasa galau dalam memilih kedua kamera ini. Tidak heran, karena saat ini, kedua kamera ini adalah kamera kelas berat dan yang terbaik dalam kualitas gambar saat ini. Kedua kamera sebenarnya dirancang untuk kebutuhan fotografer profesional yang membutuhkan megapixel yang besar untuk cetak ukuran besar, tapi juga cukup populer untuk digunakan oleh penghobi fotografi.

Kebetulan, dalam beberapa minggu ini, saya mendapatkan kesempatan untuk mencoba kedua kamera ini, untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada Sony Indonesia dan Canon Indonesia.

Kedua kamera ini memiliki perbedaan yang cukup banyak. Dari jenis kamera saja sudah berbeda. Sony A7R mk II adalah kamera berjenis mirrorless, sedangkan Canon 5DS R adalah kamera DSLR. Selain perbedaan fundamental ini, masih banyak perbedaan lainnya.

sony-a7r-mk2-vs-canon-5dsr

Dari fitur dan inovasinya, kamera Sony A7R mk II keunggulan utama dari kamera ini adalah:

  1. Backside illuminated sensor yang dinamakan EXMOR R, yang membuat kualitas foto di kondisi gelap lebih bagus. Saya tidak ragu mengunakan ISO 3200 jika diperlukan, ISO 6400 juga masih cukup bagus untuk cetak foto sekitar A3. Kalau Canon 5DS R, saya pedenya sampai ISO 1600.
  2. 5 Axis stabilization yang sangat dibutuhkan untuk kamera beresolusi besar, untuk mencegah getaran kamera masuk ke dalam foto/video.
  3. Bobot yang ringan dan lebih ringkas. Sony A7R mk II beratnya 640 gram dengan baterai, 290 gram lebih ringan dari Canon 5DS R.
  4. Layar LCD bisa ditekuk ke atas dan kebawah sehingga memudahkan untuk komposisi
  5. Memungkinkan adaptasi dengan lensa-lensa kamera DSLR dengan adaptor. Kalau dipasangkan dengan lensa Canon bisa autofokus asal dengan adaptor yang memiliki kontak elektronik.
  6. Ketahanan mekanisme shutter lebih tinggi, teruji sampai dengan 500.000, sedangkan yang Canon 5DS R sekitar 150.000.
  7. Bisa merekam video 4K langsung ke memory card, ada ada headphone jack untuk monitoring audio.

Canon EOS 5DS R juga memiliki beberapa keunggulan, terutama untuk fotografer yang telah lama mengunakan kamera Canon:

  1. Resolusi yang lebih besar, 50 Megapixel dibandingkan 42.4 MP, gambar lebih detail dan sedikit lebih leluasa untuk cetak foto yang sangat besar dan kropping.
  2. RAW 14 bit yang tidak dikompresi, sehingga lebih maksimal jika di edit secara ekstrim. RAW Sony A7Rmk II sudah dikompres sedikit menjadi 11 + 7 bit.
  3. Desain body dan ergonomi kamera DSLR Canon yang mirip dengan kamera terdahulunya, sehingga fotografer yang upgrade dari Canon 5D atau 7D merasa lebih nyaman dan familiar saat menggenggamnya. Posisi tata letak tombol dan dial juga tidak berubah.
  4. Adanya optical viewfinder, membuat fotografer bisa melihat langsung apa yang ada (realitas) melalui jendela bidik, sekaligus mengurangi pemakaian baterai. Baterai 5DS R bisa untuk 700 foto sedangkan yang Sony hanya 350 foto.
  5. Kinerja, proses kamera secara umum lebih cepat, seperti buka tutup kamera, proses foto, shutter lag dan sebagainya.
  6. Memiliki dua slot memory card, Compact Flash dan SD Card. Untuk profesional berguna sebagai backup.
  7. Aksesoris dan lensa Canon lebih lengkap saat ini.

Kalau dilihat dari daftar diatas, Sony A7R mk II lebih menarik bagi saya dalam soal fitur dan teknologi barunya. Bagi fotografer yang belum memiliki banyak lensa atau aksesoris Canon, saya lebih menganjurkan Sony A7R mk II, sedangkan kalau yang telah memiliki banyak lensa Canon yang berkualitas, saya pikir pilihannya menjadi lebih sulit.

Pertama karena soal ergonomi, kalau memilih pindah ke Sony A7R mk II, meskipun ada adapter untuk lensa-lensa Canon, tapi mengunakan adapter tidak nyaman karena bagian depan lensa menjadi berat, tangan kiri yang menopang lensa akan cepat pegel. Idealnya mengunakan lensa Sony / Zeiss FE. Apakah Anda siap untuk pindah sistem kamera dan belajar dari awal lagi?

Bagi fotografer yang sebagian besar kerja di dalam studio seperti fotografer komersial, fashion, portrait, Canon 5DS R yang sedikit lebih berat, sepertinya tidak akan menjadi masalah. Dengan didukung teknik, lensa yang berkualitas dan tata cahaya yang bagus, hasil foto Canon 5DS R akan sangat memukau, terutama jika dicetak dalam ukuran sangat besar.

Tapi bagi fotografer  landscape atau travel yang biasanya membawa kameranya ke luar ruangan atau sering keluar kota atau ke luar negeri, sistem kamera Sony A7R mk II ini memiliki keuntungan yang besar, karena ukuran fisik yang lebih kecil dan lensa-lensanya yang sedikit lebih pendek dan ringan. Singkatnya, Sony A7R mk II ini kamera yang lebih fleksibel dan Canon 5DS R kamera yang lebih khusus/spesifik.

Mudah-mudahan artikel ini bisa membantu. Selamat memilih.

Artikel lain yang berkaitan:

——–

Canon 5DS R saat ini dijual body only seharga Rp 53.300.000

Saat ini ada penawaran pre-order dari Sony Indonesia atas pembelian paket kamera Sony A7R mk II dengan paket Rp. 50 juta termasuk kamera, lensa Sony Zeiss 24-70mm f/4 OSS, tas kulit dari ONA bag, dua jenis strap (shoulder dan wrist), adapter lensa Canon dan Nikon, memory card 64 GB dengan kecepatan yang cukup untuk merekam HD video. Pre order ini hanya berlangsung singkat, akan ditutup setelah 200 pemesanan.

Setelah pre-order ditutup, Sony A7R mk II akan dijual dengan harga Rp 40 juta body only.

Infofotografi.com bisa membantu Anda untuk memesan kamera Canon 5DS R atau kamera pre-order Sony A7R mk II dengan harga yang serupa dengan harga resmi/toko (tidak dimahalin).

Dengan memesan melalui kami, Anda akan membantu perkembangan Infofotografi.com untuk mengulas kamera, lensa dengan netral dan memberikan tips-trik fotografi kedepannya.

Tentang Crop Factor dan ekuivalen lensa

$
0
0

Saat membahas kamera atau lensa di blog infofotografi kerap disinggung soal istilah crop factor. Banyak juga pembaca yang mungin masih bingung dengan maksud dari istilah ini. Saya coba jelaskan secara singkat ya.

Angle of View

Pertama kita harus tahu dulu tentang fokal lensa dan sudut gambar. Setiap lensa tertulis angka fokal dalam milimeter, itu menunjukkan sudut gambar (angle of view) yang bisa dicakupnya. Misal lensa 18mm itu sudutnya 100 derajat (lebar), lalu lensa 135mm itu sudutnya 18 derajat (sempit). Lihat ilustrasi ini supaya lebih jelas :

Picture angle

Tapi pedoman sudut ini hanya berlaku untuk kamera film, atau kamera digital full frame. Saat lensa dipasang di kamera yang sensornya lebih kecil dari sensor full frame akan memberi hasil foto yang agak berbeda, yaitu sedikit lebih tele, atau sudutnya lebih sempit (seperti kena crop). Saat mendengar soal crop, anda tidak perlu risau soal jumlah piksel yang bakal berkurang akibat crop, karena crop factor ini hanya istilah saja. Secara piksel tidak ada yang di crop, jadi megapiksel yang anda dapat dengan kamera APS-C atau Four Thirds tetap sesuai dengan spek sensornya. Yang perlu diingat adalah semakin kecil ukuran sensor maka semakin tele hasil fotonya. Misal lensa 100mm dipasang di kamera APS-C akan menghasilkan foto yang setara dengan lensa 150mm di full frame, dan bila lensa 100mm dipasang di kamera Four Thirds akan setara dengan lensa 200mm. Pedoman crop factor untuk sensor yang umum adalah seperti ini :

Sensor dan crop factor

Lensa sesuai ukuran sensor

Di sistem yang punya dua macam sensor (full frame dan APS-C), yaitu Canon, Nikon dan Sony, mereka membuat dua macam lensa untuk menyesuaikan ukuran sensor. Mengapa? Karena sensor APS-C ukurannya lebih kecil dari sensor full frame, sehingga bidang gambar yang dicakup juga lebih kecil. Untuk itu produsen lensa juga berpikir, kenapa tidak membuat lensa yang sesuai dengan sensor APS-C saja? Akhirnya saat ini sudah banyak diproduksi lensa khusus sensor APS-C, seperti lensa EF-S (Canon), lensa DX (Nikon), lensa E (Sony mirrorless) dan juga buatan produsen lensa lain seperti dari Tamron, Sigma atau Tokina. Lensa-lensa ini bentuknya lebih kecil, dengan diameter bidang gambar yang lebih kecil (disesuaikan dengan ukuran sensor) dan tidak cocok untuk dipasang di DSLR full frame.

EF dan EF-S

Bagaimana memilih lensa yang tepat sesuai ukuran sensornya? Pada dasarnya tidak ada pantangan bagi pemilik kamera APS-C untuk memakai lensa full frame (Canon EF, Nikon FX, atau Sony FE), apalagi umumnya lensa yang kualitasnya tinggi adalah lensa full frame. Tapi pemakai kamera APS-C juga bisa pakai lensa khusus APS-C seperti lensa Canon EF-S, Nikon DX dan Sony E. Sebaliknya pemakai kamera full frame jangan pakai lensa yang didesain untuk sensor APS-C (sistem Canon ada proteksi sehingga anda tidak akan bisa pasang lensa EF-S ke bodi full frame). Walaupun bisa dipasang (misal di kamera full frame Nikon dan Sony) kita juga akan rugi karena di ujung-ujung fotonya akan gelap akibat vignetting.

Fokal lensa ekuivalen

Baik lensa full frame maupun lensa khusus APS-C, fokal lensanya dibuat mengacu pada sudut gambar ekuivalen 35mm full frame. Sebagai contoh, lensa dengan fokal 18mm meski dibuat khusus untuk sensor APS-C, namun tetap akan mengalami crop sehingga sudut yang dibentuk akan setara dengan 28mm. Untuk bisa merasakan sudut ekstra lebar seperti fokal lensa 15mm maka pemilik kamera APS-C perlu pasang lensa dengan fokal 10mm. Tapi untuk kebutuhan tele, sensor APS-C membantu kekuatan tele lensa, misal lensa 200mm akan setara dengan 300mm, lumayan kan. Pokoknya yang punya kamera APS-C (Nikon, Sony, Pentax, Fuji, Samsung) ingatlah, apapun lensa yang dipasang, akibat crop factor ini maka fokal lensa ekuivalennya adalah fokal lensa tertulis dikali 1,5 (khusus Canon APS-C kali 1,6). Khusus Olympus dan Panasonic kali 2.

crop-factor-sensor-size

Pemilik Canon, Nikon atau Sony APS-C perlu waspada dalam memilih lensa khususnya saat membeli lensa full frame yang wide, jangan abaikan crop factor ini. Meski tidak fatal tapi bisa membawa kekecewaan. Seorang yang membeli lensa Canon EF 17-40mm bisa jadi akan kecewa saat memasang lensa ini di kamera APS-C (700D/70D/7D misalnya), karena dia tidak akan pernah bisa merasakan fokal wide 17mm yang dibayangkannya, melainkan ‘hanya’ setara dengan lensa 28mm. Seorang pemilik kamera Nikon APS-C yang membeli lensa Nikkor 28-300mm bisa jadi akan terheran-heran saat kemampuan paling wide sebenarnya dari lensa ini adalah 42mm, bukannya 28mm (42mm bukan lagi tergolong wide).

Semoga tabel yang saya buat ini bisa membantu pemahaman anda tentang ekuivalensa fokal lensa :

Ekuivalen fokal lensa

Ikuti belajar dasar fotografi bersama kami, bulan September ini jadwalnya :

Memilih kamera dibawah 7 juta

$
0
0

Mencari interchangeable lens camera yang fiturnya lengkap dengan budget antara lima sampai tujuh juta Rupiah di saat kurs dollar sedang tinggi (1 USD = Rp 14000) tidak mudah. Saat ini, dengan budget 5-7 juta, kita harus puas dengan kamera pemula/entry level, atau mencari model lama atau bekas.

Untuk model baru, pilihannya terbagi menjadi kamera DSLR atau mirrorless. Ada beberapa perbedaan fundamental antara kamera DSLR dan mirrorless, diantaranya kamera mirrorless lebih ringkas dan kecil, tidak memiliki jendela bidik optik, tapi kualitas gambarnya mirip dan bisa ganti-ganti lensa. Plus minus kedua jenis kamera bisa dibaca disini.

nikon-d3300-top

Kamera Nikon D3300 adalah kamera DSLR pemula yang ukurannya cukup mungil dengan lensa yang bisa dipendekkan (collapsable).

Kamera DSLR baru yang masuk dalam kategori ini adalah Canon 1200D (Rp 4,975 juta) dan Nikon D3300 (Rp 5.33 juta). Jika dibandingkan, Nikon D3300 lebih unggul di kualitas gambar, body yang lebih kuat (rangka dari carbon fiber), buffer lebih lapang, dan punya external mic jack untuk video. Kekurangan D3300 adalah tidak ada Auto Bracketing yang sering digunakan untuk fotografer pemandangan. Kekurangan kedua kamera ini yang menurut saya sangat disayangkan adalah tidak ada wifi untuk transfer foto ke ponsel.

Jika ingin mencari model lama, syukur-syukur masih ketemu, saran saya adalah Canon 650d (review disini) atau Nikon D5200. Mungkin keduanya masih masuk budget.

Di sektor kamera Mirrorless, ada beberapa model yang saya nilai cukup baik. Diantaranya:

Fujifilm_XM_1_16-50mm

Fujifilm X-M1 dan lensa 16-50mm dihargai sekitar 7 juta. Kualitas fotonya baik dan tajam, ada pilihan simulasi film (efek kamera film jaman dulu), ada wifi dan hotshoe untuk memasang flash, kelemahan utamanya yaitu autofokusnya cukup pelan, videonya kurang oke, dan tidak ada jendela bidik.

Panasonic GM1 dan lensa 12-32mm tadinya harganya mendekati 10 juta, tapi sekarang dijual sedikit dibawah 6 juta. Kalau ingin kamera mirrorless yang seringkas-ringkasnya dengan kualitas foto video yang cukup bagus, kamera inilah yang boleh dilirik. Autofokus kamera ini cepat, layarnya bisa touchscreen dan ada wifi dan flash. Kekurangan kamera ini adalah tidak punya hotshoe, LCD tidak bisa diputar, dan flash sync speed 1/50 detik saja, agak menyulitkan motret dengan flash di kondisi cahaya yang terang. Kamera ini sudah beredar dua tahun, dan mungkin agak sulit dicari. (GM1 adalah salah satu kamera terbaik 2013)

Samsung NX3000 dan lensa 16-50mm adalah kamera mirrorless pemula yang fiturnya cukup lengkap dengan harga 6 juta. Hasil gambarnya cukup oke tajam.  Antarmuka menu NX3000 cukup sederhana dan scene mode yang cukup banyak sehingga sangat membantu untuk pemula. Ada wifi, hotshoe untuk memasang flash. Layar LCDnya bisa dilipat keatas untuk selfie. Yang kurang dari NX3000 adalah tidak ada fitur focus peaking saat manual fokus dan tidak ada sensor cleaning otomatis. (Bahas Samsung NX3000 di Youtube).

Memang masih ada banyak kamera DSLR dan mirrorless lain yang lebih bagus seperti daftar rekomendasi kamera yang saya pernah buat.  Tapi kebanyakan kamera tersebut harganya mendekati 10 juta, sehingga  kamera diatas mungkin yang saya rasa terbaik dengan budget dibawah 7 juta. Jangan lupa juga, Anda juga perlu melengkapi kamera dengan aksesoris seperti tripod, memory card, filter, tas kamera dan sebagainya.

Viewing all 436 articles
Browse latest View live